Sabtu, 19 April 2014

Observasi Sekolah


Saat diberikan tugas kelompok Psikologi Pendidikan untuk melakukan observasi sekolah, kami tentunya memikirkan apa saja hal-hal yang perlu dilakukan, seperti meminta surat izin dari fakultas serta meminta izin kepada sekolah yang bersangkutan, dsb. Banyak kendala- kendala yang kami hadapi, seperti penolakan observasi dari pihak sekolah yang kami datangi, juga harapan yang diberikan pihak sekolah yang tak kunjung ada, pengeluaran surat yang tidak cepat mengakibatkan proses surat izin terhadap pihak sekolah menjadi lama untuk di proses, dan jadwal kuliah yang padat, tetapi kami menghadapi semuanya dengan baik dan kami pun memberikan usaha yang semaksimal mungkin untuk tugas ini, walaupun hasilnya masih jauh dari sempurna. Dengan keinginan kami untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu dengan bagus, maka kami termotivasi untuk melakukannya dengan sepenuh hati dan semaksimal mungkin dengan "motivasi ekstrinsik yaitu melalukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara mencapai tujuan)", dimana tujuan kami adalah menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, dan juga dapat merangkum semua kegiatan observasi dengan baik dan benar. Setiap anggota kelompok sangat memberikan peran dalam obervasi ini, seperti memberikan ide-ide, dsb. Setiap anggota juga sangat berperan aktif dalam pelaksanaan observasi dan dalam merangkum hasil observasi.

Pembagian tugas dalam kelompok :
         Trini A S         : Dokumentasi dan merangkum observasi
         Nurlina Dewipa    : Merangkum observasi
         Susi Astriani     : Menyediakan bahan observasi dan merangkum observasi
         Rizki Situmorang  : Merangkum observasi
         Nadine Lobian     : Proses pelaksanaan observasi dan merangkum observasi

Dengan adanya pembagian tugas pada masing-masing anggota kelompok kami pun dapat melaksanakan tugas observasi ke sekolah dengan baik dengan usaha yang telah kami berikan semaksimal mungkin.

Ada pun teori-teori yang kami dapat dari mata kuliah Psikologi Pendidikan yang dapat dikaitkan kedalam proses observasi yang kami lakukan adalah :

1.      Teori Atribusi
Dalam usaha kami memahami perilaku dan kinerja  yang telah kami lakukan, kami termotivasi untuk menemukan  sebab-sebab yang mendasarinya.
Dalam suatu cara, kami pada akhirnya dapat menemukan sekolah yang bisa diobservasi karena apa? Apakah karena kami yang giat mencari sekolah-sekolahnya, ataukah memang sekolah yang kami datangi selalu bersedia untuk dimintai observasi. Karena beberapa hal yang kami anggap sebagai penyebab kesuksesan atau kegagalan adalah kemampuan kami dalam menyelesaikan observasi ini, usaha kami sejauh mana dalam memaksimalkannya, keberuntungan atas sekolah yang bersedia di observasi, suasana hati para anggota kelompok dalam melaksanakan tugas, dan bantuan-bantuan dan sokongan motivasi dari orang-orang yang berada di sekitar kami.

2.      Self-Efficacy
Dari kelompok juga harus memiliki self-efficacy, kelompok kami harus memiliki keyakinan  bahwa kami bisa menguasai situasi dan memproduksi hasil positif, agar semua yang direncanakan dapat kami realisasikan. Self-efficacy termasuk motivasi terbesar dalam kelompok kami, agar tidak terdengarnya ada kata “ketidakberdayaan” dari kelompok kami.

3.      Motivasi untuk Menguasai
Kelompok kami berusaha sebaik mungkin untuk berfokus pada tugas-tugas yang diberikan. Bagaimana agar kami selalu punya sikap positif untuk mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Agar tugas pendidikan selesai dengan baik tanpa melalaikan tugas-tugas lainnya. Kami menelaah setiap pekerjaan yang akan kami lakukan, dan menyesuaikan waktu yang kami punya. Kami juga memiliki referensi dari senior yang telah melakukan tugas ini terlebih dahulu, sebagai sumber pengetahuan untuk membuka pemikiran kelompok kami.

Kami melakukan observasi di Sekolah Dasar (SD) yaitu SDN 060921. Disaat melakukan observasi proses belajar mengajar di dalam kelas, kami dapat merangkum hasil observasi dan mengaitkannya ke dalam teori-teori belajar yang ada. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Kami mengobservasi murid kelas 5SD dengan jumlah siswa 28 orang, 16 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Di dalam kelas kami mengamati yang berhubungan dengan teori yaitu :

        1.      Teori Piaget 

   -  Bagi Piaget, anak adalah seseorang yang aktif, membentuk atau menyusun pengetahuan mereka sendiri pada saat mereka menyeseuaikan pikirannya sebagaimana terjadi ketika mereka mengeksplorasi lingkungan dan kemudian tumbuh secara kognitif terhadap pemikiran-pemikiran yang logis.
Jadi berdasarkan observasi yang kami amati selama proses belajar mengajar di dalam kelas, anak/siswa dituntut untuk aktif di dalam kelas seperti menjawab pertanyaan dari guru, berani tampil di depan kelas untuk berdialog.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7rsMCLXjnRetytKomVvmIW5sep_cH4NszZSwX70mS54tRXKyT-Ltcm2wa_icI74YuEoELFlcmgtOnSDmTDjw6-9h-WROX9kurFPZ7RlNHc65-X6Pf0C4vF_6Y5LKU_nFtVnuneuVps4EN/s1600/IMG_8449.JPG

2. Teori Vygotsky

Bagi Vygotsky, anak itu mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi pengajaran dan sosial dengan orang dewasa (guru) asalkan orang dewasa (guru) menjembatani arti dengan bahasa dan tanda atau symbol, yang dapat mengamati anak untuk kemudian anak itu tumbuh kearah pemikiran yang verbal.

Jadi berdasarkan obervasi yang kami amati selama proses belajar mengajar di dalam kelas, kami melihat bahwa anak dapat mengerti pelajaran tersebut karena gurunya dapat memberikan contoh-contoh yang sederhana. Misalnya terkait dengan kehidupan sehari-hari si anak, sehingga si anak lebih mudah menangkap pelajaran yang diberikan guru. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrClqnjuan4tldPmB3aBF2Ggy8NcneJ-pjJU37GaMSZ59ejXSsVh_TulG65pW-FGi0hzXb8WIb7ZaZXgU6ph7kdfGwA5QLE7q8vDHeDS6V7xN2RmR4M06bzDwCpjDjFmaqdsA1toW7jSDf/s1600/IMG_8426.JPG
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifFpUfQlrvVUihSzlcMCkYn-dAZHS_rUYb8a_cJw_MqZNkVPlY5bvW_B-TlHtvy-DEKyffPeupUD98_ncEmuePaAi9hEvGXM54aZj6ZEK20bxyLcUTMVBa3f5_90UY-lpFcADauG7FYm10/s1600/IMG_8435.JPG

Testimoni Anggota :

 KELOMPOK 4

-  Bagi saya sendiri ini merupakan pengalaman pertama saya melakukan observasi langsung ke sekolah seperti ini. Pengalaman ini merupakan pembelajaran baru bagi saya.  Saya juga dapat melihat sekolah dan kelas dari sisi pendidikan dan teori belajar nya, ini merupakan sudut pandang baru bagi saya. Dalam observasi ini juga saya jadi dituntut untuk dapat berinteraksi dengan guru dan murid secara profesional. Dan kerjasama dengan kelompok juga sangat dituntut dalam observasi ini, bagaimana kita dapat bekerjasama dan meluangkan waktu dan pikiran kita dalam kelompok, agar tercipta kerjasama yang baik dan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan semaksimal mungkin.

- Observasi ini adalah observasi yang pertama kali saya lakukan semenjak menjalani study di Fakultas Psikologi USU. Pada observasi sekolah yang pertama sekali untuk saya, halini memberikan pengalaman yang berharga. Karena dari teori yang sudah saya pelajari padamata kuliah psikologi pendidikan, maka di sinilah saya benar-benar bisa mengaplikasikan danmengetahui dengan jelas contoh real dari teori yang ada. Menurut saya, sistem pembelajaran pada sekolah dasar yang di observasi sudah sesuaidengan  tingkat  kebutuhan  siswa.  Dimana  para  siswa  masih  diajarkan  dengan  metode langsung. Selain itu, observasi ini sangat berguna untuk mengasah daya analisa kita terhadap suatu fenomena real dengan berpedoman pada teori yang sudah ada. Sehingga menurut saya sangat berguna. 

- Setelah melakukan observasi ke SDN 060921,menurut saya sekolah ini lumayan bagus tetapi masih ada kekurangan-kekurangan yang terdapat seperti; fasilitas didalam sekolah masih kurang karena disana tidak ada terdapat tempat persembahyangan,perpustakaan, lapangan sekolahnya juga kurang luas untuk siswa SD tersebut,dll. Namun Guru-guru SD nya sangat ramah dan cukup memliki keahlian ataupun potensi dalam mengajar di kelas karena guru tersebut mampu menguasai materi apa yang sedang di bawakannya di tengah kerecokan murid-muridnya dalam belajar walaupun begitu murid nya juga dapat memahami apa yang telah diajarkan gurunya.    Hal terpenting menurut saya guru hendaknya harus mengetahui bagaimana upaya mencetak lulusan yang baik dan maksimal. Guru hendaknya terus memantau kegiatan murid-muridnya, dan terus memotivasi agar terus belajar demi masa depan mereka.Cara nya dengan lebih menjalin hubungan baik anatara murid dan guru.

- Saya merasa sangat terkesan dapat diberi kesempatan dalam meyelesaikan Tugas Obsevasi yang diwajibkan dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan karena ini menjadi pengalaman baru bagi saya dan menambah wawasan saya tentang pengajaran yang efektif terhadap anak tingkat Sekolah Dasar. Dalam observasi tersebut, saya melihat bahwa proses pengajaran yang ada di sekolah tersebut sudah cukup baik. Hal ini saya lihat melalui proses belajar mengajar yang aktif antara guru dan murid. Ketika guru bertanya, murid aktif menanggapi pertanyaan sang guru. Melalui proses belajar tersebut, menurut saya dapat mengembangkan kreatifitas anak, melatih mental anak untuk aktif dalam pembelajaran, dan mengajak anak untuk aktif. Selama observasi berlangsung, saya jadi terkenang dengan masa anak-anak saya dulu ketika saya SD, dan proses belajar mengajarnya  menurut saya agak sedikit berbeda dengan zamannya saya dulu. Karena pendidikan itu juga berkembang seiring dengan perkembangan teknologi, namun menurut saya pada dasarnya memang masih menggunakan metode lama (zaman saya SD dulu).

Nadine Lobian (13-120)
- Tugas observasi ini sangat memberikan saya pengalaman yang baru, karena sebelumnya saya belum pernah melakukannya. Observasi ini tentunya memberikan kesan-kesan tertentu. Mulai dari bagaimana susahnya mendapatkan izin dari pihak sekolah, bagaimana sekolah yang di datangi memberikan harapan palsu sehingga memperlambat proses observasi ini, tetapi pada akhirnya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Saya pun mengamati bahwa di dalam observasi ini proses belajar mengajar antara guru dan murid masih menggunakan pengajaran langsung dimana guru bertanya dan murid pun merespon pertanyaan dari gurunya sehingga terjadi hubungan langsung antara murid dan guru. Juga dengan guru bertanya, itu akan memacu kecepatan berpikir si murid agar ia dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan cepat. Saya juga belajar bahwa di dalam pengalaman ini kerjasama di dalam kelompok sangat dibutuhkan.Saya sangat berterimakasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk melakukan tugas observasi ini.

SLIDE


Rabu, 16 April 2014

Perkembangan Kognitif Sepanjang 3 Tahun Pertama


Perkembangan Kognitif Sepanjang 3 Tahun Pertama

Mempelajari Perkembangan Kognitif: Pendekatan Klasik
·         Pendekatan behaviouris mempelajari mekanika dasar pembelajaran. Pendekatan tersebut memberikan perhatian terhadap bagaimana perilaku berubah sebagai respons terhadap sebuah pengalaman.
·         Pendekatan psikometris mencoba mengukur perbedaan kuanitatif dalam kemampuan kognitif dengan menggunakan tes yang mengindikasikan atau meramalkan kemampuan ini.
·         Pendekatan Piagetian memerhatikan perubahan, atau langkah-langkah, dalam kualitas fungsi kognitif. Pendekatan tersebut memberikan perhatian tentang bagaimana pikiran menstruktur aktivitasnya dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Pendekatan Behaviouris: Mekanika Pembelajaran Dasar
Dua proses pembelajaran yang dipelajari oleh behaviourist: classical conditioning (pengkondisian klasik) dan operant conditioning (pengkondisian operan).
Pengkondisian Klasik dan Operan.
Pengkondisian Klasik: Pembelajaran yang didasarkan pada pengaitan stimulus yang asalnya tidak merangsang respons dengan stimulus lain yang merangsang respons. Pembelajaran yang dikondisikan secara klasik akan pupus atau akan lenyap, apabila tidak dikuatkan.
Pengkondisian Operan: Pembelajaran yang didasarkan kepada penguatan (atau hukuman), dimana seorang pembelajar akan bertindak, atau bekerja berdasarkan, dan dipengaruhi oleh lingkungan.
Ingatan Bayi. Ketidakmampuan untuk mengingat peristiwa di masa awal disebut infantile amnesia. Periset lain menyatakan bahwa anak-anak tidak akan dapat membicarakan peristiwa-peristiwa tersebut. Bayi berusia 2 sampai 6 bulan hanya akan mengulangi perilaku yang dipelajai ketika mereka melihat mobil atau kereta api asal. Akan tetapi, bayi yang lebih tua, antara 9 sampai 12 bulan akan “mencobakan” perilaku tersebut terhadap kereta api yang lain, kurang dua minggu setelah pelatihan tersebut.



Pendekatan Psikometrik: Pengujian Perkembangan dan Kecerdasan
          Perilaku kecerdasan (intelligent behaviour) berorientasi tujuan dan adaptif: dengan tujuan memperbaiki situasi dan kondisi hidup. Kecerdasan memungkinkan orang untuk mendapatkan, mengingat, dan menguunakan pengetahuan, untuk memahami konsepdan hubungan serta memecahkan masalah sehari-hari.
Mulai abad  kesembian belas, terdapat usaha untuk mengukur kecerdasan dan karakteristiktertentu seperti ukuran kepala dan waktu bereaksi, lalu kemudian dengan tes yang mencatat nilai kekuatan kepala ketika ditekan, sensitivitas terhadap rasa sakit, perbedaan berat, penilaian waktu, dan kebiasaan mengingat. Kemudian pada awal abad kedua puluh, sekolah administrasi di Paris meminta Alfred Binet, seorang psikolog, untuk merancang cara mengidentifikasi anak-anak yang tidak dapat menangani tugas akademik dan harus diberikan pendidikan khusus. Salah satunya adalah skala kecerdasan Stanford-Binet, adalah versi Amerika terhadap tes Binet-Simon.
Tujuan dari tes psikometri adalah untuk mengukur secara kuantitatif berbagai faktor yang diduga membentuk kecerdasan (seperti pemahaman dan penalaran) dan, dari hasil pengukuran tersebut, untuk memprediksi performa di masa yang akan datang (seperti prestasi sekolah). Tes IQ (Intelligent Quetient) terdiri dari pertanyaan atau tugas yang seharusnya menunjukkan seberapa banyak kemampuan yang diukur dimiliki seseorang, dengan membandingkan prestasi orang tersebut dengan yang lain.
Menguji Bayi dan Balita. Bayley Scales of Infant Development [Skala Perkembangan Bayi Bayley] didesain untuk menguji status perkembangan bayi dari usia satu bulan hingga 3,5 bulan. Bayley-II memiliki 3 bagian: skala mental, yang mengukur kemampuan seperti persepsi, ingatan, pembelajaran, dan vokalisasi; skala motor, yang mengukur kemampuan motor kasar dan halus, termasuk koordinasi sensorimotor; dan skala tingkat perilaku (behaviour rating scale) yang harus diselesaikan oleh penguji, sebagai bagian dari informasi dasar dari pengasuh bayi.
Menilai Dampak Lingkungan Rumah. HOME adalah daftar untuk mengukur pengaruh lingkungan rumah terhadap perkembangan kognitif anak. Satu faktor yang diukur oleh HOME (Home Observation for Measurement of the Environment) adalah responsivitas orang tua. HOME memberikan kredit kepada orang tua bayi atau batita yang membelai atau mencium si anak pada saat kunjungan penguji. HOME juaga menguji jumlah buku di rumah, keberadaan permainan yang mendorong perkembangan konsep, dan keterlibatan orang tua terhadap permainan anak.
Intervensi Dini adalah proses sistematik dalam merencanakan dan menyediakan pelayanan terapeutik dan pendidikan terhadap keluarga yang membutuhkan pertolongan untuk memenuhi kebutuhan bayi, balita, dan anak prasekolah. Para periset telah mengidentifikasi enam mekanisme persiapan perkembangan (development priming mechanism) yaitu aspek lingkungan rumah yang melicinkan jalan untuk perkembangan psikososial dan kognitif normal dan membantu mempersiapkan anak untuk sekolah. Keenam mekanisme tersebut adalah: (1) mendorong eksplorasi lingkungan; (2) mentoring dalam keterampilan kognitif dasar dan sosial; seperti menempel, merangkai, menyusun, dan membandingkan; (3) merayakan keberhasilan; (4) bimbingan keterampilan dalam praktik dan pengembangan; (5) perlindungan dari hukuman yang tidak seharusnya, ejekan, atau ketidaksetujuan terhadap kesalahan atau konsekuensi dari ketidaksengajaan mengeksplorasi dan mencoba keterampilan yang ada; (6) menstimulasi bahasa dan komunikasi simbolik lainnya. Tujuan intervensi dini adalah membantu anak-anak yang tidak mendapatkan dukungan perkembangan seperti itu.
            Sebagaimana yang biasa terjadi dalam program intervensi dini, keunggulan dini ini tidak dapat dipertahankan sepenuhnya. Tingkat kecerdasan tersebut menurun pada usia antara 3 dan 8 tahun, teruttama pada anak yang berasal dari lingkungan rumah yang sangat buruk. Intervensi dini yang paling efektif adalah:
1.      Yang dimulai sedini mungkin dan terus berlangsung sampai usia prasekolah.
2.      Sangat intensif (dengan kata lain menghabiskan ebih banyak waktu dalam sehari dan lebih banyak hari dalam seminggu, bulan, atau setahun).
3.      Memberikan pengalaman mendidik secara langsung, bukan hanya sekedar latihan parenting.
4.      Mengambil pendekatan komprehensif yang mencakup kesehatan, konseling keluarga, layanan sosial.
5.      Disesuaikan dengan  kebutuhan dan perbedaan individual.

Pendekatan Piagetian : Tahap Sensorimotor
Jean Piagetian adalah seorang  muda yang belajar di Paris, ia membantu menstandarisasi tes yang dikembangkan oleh Alfred Binet  untuk menguji kecerdasan mahasiswa kedokteran.  Teori piaget menginspirasikan banyak riset tehadap kognifisi bayi dan anak-anak. Teori piaget menginspirasikan banyak riset terhadap kognisi bayi dan anak-anak. Namun, terkadang teori kurang sesuai dengan kenyaannya terhadap bayi. Tahap pertama dari empat tahap perkembangan kognitif piaget adalah tahap sensorimotor. Sub-tahap tahap sensorimotor mereka lakukan dengan proses organisasi,adaptasi, dan ekualibrasi. Pertumbuhan kognitif dini ini dimulai dari respons sirkular, dimana sang bayi mulai berusaha memproduksi apa yang ia alami, seperti yang membuatnya senang ataupun tertarik.
Subtahap pertama terjadi sekitaran dari lahir hingga berumur 1 bulan. Sang bayi mulai dapat menghisap secara refleks walaupun perangsanan normalnya tidak ada.
Subtahap kedua terjadi sekitaran berumur 1 sampai 4 bulan.  Sang bayi sudah dapat menggunakan indera yang dia miliki seperti merenspon suara-suara atapun cahaya juga gambar yang menarik menurutnya
Subtahap ketiga terjadi sekitar berumur 4 sampai 8 bulan. Sang bayi sudah dapat menggoncang-goncang mainan yang bersuara untuk mendangar suaranya. Atau mengoceh kecil pada wajah seseorang yang sudah akrab terhadapnya agar bersama dengannya lebih lama.
Subtahap keempat terjadi sekira berumur 8 sampai 12 bulan. Sang bayi dapat memecahkan masalah yang datang kepada seperti, menyingkirkan tangan yang menghalangnya untuk meraih mainan yang ingin digapainya.
Subtahap kelima terjadi sekitar berumur 12 sampai 18 bulan. Sang bayi sudah dapat memahami dan memvariasikan tindakannya seperti meremas bebekan plastik apakah setelah diremas akan bersuara lagi dan seterusnya.
Subtahap keenam terjadi sekitar berumur 18 sampai 2 tahun. Sang bayi mengalami transisi menuju ketahap kanak awal. Mulai mampu mempresentasikan objek atau peristiwa dalami gatan dan sebagian besar melalui symbol seperti kata, angka dan gambaran.
 
Perkembangan pengetahuan berkenaan dengan objek dan ruang
Memiliki estitensi, karakteristik, tersendiri dan tempat dalam ruang. Untuk memahami eksistensi dan lokasi image yang terpantul. Dan sang bayi menggunakan tangan mereka untuk mengeksplorasi gambar sebagai objek untuk dirasa, digosok, disapu atau direnggut.


Kepermanenan objek
Bayi yang berumur sekitar 8-12 bulan mulai dapat mencari objek yang ada dihadapannya, dan mencarinya ditempat pertama ia mendapatkannya. Dan disaat berusia 12-18 bulan , bayi mulai mencari mainan . kepermanenan objek berkembang secara gradual sepanjang tahap sensorik. Penjelas lebih lagi ialah bahwa bayi bahkan batita dan anak pra sekolah akan melakukan hal yang dianggapnya sulit dan berusah memecahkannya sampai selesai.

Objek dalam Ruang
Sebelum bayi dapat bergerak dengan sendirinya , pengetahuan bayi dengan sendirinya tidak lebih dengan apa yang ia gapai.  Bayi menggunakan pandangan Allosentris (objek) mereka dapat mempertimbangkan hubungan anatara semua objek dalam sebuah ruang, termasuk diri mereka. Dan karena mereka bersifat egosentris, mereka hanya dapat melihat sesuatu dari apa yang meraka tangkap dengan imajinasinya sendiri yang karena imobilotas mereka masih rendah.

Kepermanenan objek
Bayi masih agak sulit mendapatkan mainan yang disembunyikan karena mereka belum mampu melakukan rangkaian kegiatan sekali bersamaan seperti mencari, sekalian mengobrak-abrik. Merujuk ke Piaget, kategorisasi kemampuan bayi dalam mengelompokkan seperti anjing bukanlah kucing, itu berbeda. Dan mereka dapat berpikir, mainan merupakan replica dari binatang-binatang. Hal ini menunjukkan bahwa mereka lebih merespon kepada kemiripan dan perbedaan konseptual daripada perseptual.

Imitasi Tersamar dan Tertunda
Imitasi tersamar (invisible imitation) imitasi yang menggunakan bagian dari tubuh yang tidak dapat bayi lihat sendiri pada dirinya seperti mulut yang berkembang pada usia 9 bulan dan perkembangan lainnya. Dan hanya satu gerakan saja yang bersifat imititatif- menjulurkan lidah dan respons tersebut menghilang diusia 2 bulan. Piaget juga berpendapat bahwa anak yang dibawah 18 bulan tidak dapat melakukan imitasi tertunda(deferred imitation) dari tindakan yang mereka saksikan beberapa waktu sebelumnya. Imitasi tertunda dini mungkin merupakan cara bayi yang mengeksplorasi identitas. Sekali lagi, lebih awal dari yang dinyatakan oleh Piaget. Bayi dan balita sama-sama memiliki kemampuan mengingat dalam jangka waktu yang cukup lama.
Persepsi bayi jauh diatas kemampuan motor mereka, dan metode saat ini memungkinkan periset untuk melakukan observasi dan kesimpulan dari berbagai persepsi tersebut.


 Mempelajari Perkembangan Kognitif: Pendekatan Baru
Para peneliti telah mendapatkan 3 pendekatan terbaru untuk menambah pengetahuan tentang perkembangan kognitif bayi dan balita.
·         Information-processing approach, yaitu fokus pada berbagai proses yang terlibat dalam persepsi, pembelajaran, ingatan, dan pemecahan masalah. Pendekatan ini mencoba menemukan apa yang dilakukan orang-orang dengan informasi, sejak saat mereka berhadapan dengan informasi hingga mereka menggunakannya.
·         Cognitive neuroscince approach, yaitu menelaah bagian-bagian sistem saraf pusat. Pendekatan ini berupaya untuk mengidentifikasi struktur-struktur otak yang terlibat aspek kognitif tertentu.
·         Social-contextual approach, yaitu menelaah aspek-aspek lingkungan dari proses pembelajaran, khususnya peran orangtua dan pengasuh lainnya.
Information-processing Approach: Persepsi dan Representasi
Seperti pendekatan psikometrik, teori pemrosesan informasi memperhatikan perbedaan individual pada tingkah laku dan kecerdasan. Tetapi, pendekatan itu bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai proses mental yang terlibat ketika seseorang memperoleh dan  mengingat informasi atau memecahkan masalah, dibanding sekedar menyimpulkan perbedaan pada fungsi mental dari jawaban-jawaban yang diberikan atau masalah-masalah yang dipecahkan. Penelitian pemrosesan informasi menggunakan metode-metode baru untuk menguji berbagai ide tentang perkembangan kognitif yang muncul dari pendekatan-pendekatan sebelumnya.
Habituation (Pembiasaan)
Banyak peneliti mengatakan pemrosesan informasi pada bayi didasarkan pada habituation, yaitu suatu jenis pembelajaran dimana pemaparan berulang atau terus menerus dari suatu stimulus mengurangi perhatian terhadap stimulus, lalu memperlambat atau menghentikan respon.Dengan semakin biasanya bayi terhadap sstimulus tersebut akhirnya bayi mentransformasi sesuatu yang tidak biasa menjadi biasa, dan sesuatu yang tidak diketahui menjadi tahu.
Para peneliti mengkaji habituasi pada bayi yang baru lahir deengan cara berulang-ulang memberikan stimulus (biasanya suara atau pola visual) dan memonitori respon-respon seperti detak jantung, menghisap, gerakan mata dan aktivitas otak. Bayi yang sedang menghisap biasanya berhenti ketika stimulus-stimulus diberikan pertama kali, mengarahkan perhatiannya pada stimulus baru tersebut dan tidak lagi menghisap sampai stimulus tersebut berakhir. Setelah suara maupun isyarat tersebut diberikan berulang kali maka stimulus tersebut akan kehilangan kebaruannya dan tidak lagi membuat bayi berhenti menghisap. Setelah bayi melanjutkan kembali menghisap hal ini menunjukkan bahwa bayi telah terbiasa dengan stimulus tersebut. Namun suara atau isyarat baru akan menarik perhatian bayi dan ia akan berhenti menghisap lagi. Peningkatan respon terhadap stimulus baru ini disebut dishabituation.
Kemampuan Perseptual serta Pemrosesan Visual dan Auditori
Kecenderungan bayi memandang sesuatu lebih lama daripada yang lain disebut visual preference. Bayi yang kurang dari dua hari lebih memilih untuk melihat garis-garis lengkung atau melingkar, pola kompleks, objek tiga dimensi, gambaran wajah, dan hal-hal baru. Apabila bayi lebih memerhatikan stimuli baru ketimbang yang lama—hal ini disebut novelty preference—mereka menunjukkan bahwa mereka dapat membedakan bentuk yang baru dengan yang lama.
Visual recognition memory (Ingatan pengenalan visual) kemampuan untuk membedakan stimulus visual yang familiar dari yang tidak familiar ketika keduanua diperlihatkan secara bersamaan.  Fakta menyatakan bahwa bayi yang baru lahir akan menoleh ke arah sumber suara menunjukkan bahwa mereka mengasosiasikan pendengaran dengan penglihatan. Visual recognition memory dapat diukur dengan menunjukkan dua stimulus bersebelahan pada bayi, yang satu familiar dan yang lainnya baru. Tatapan yang lebih lama terhadap stimulus yang baru menunjukkan bahwa bayi mengenali stimulus yang lainnya sebagai sesuatu yang sudah ia kenali sebelumnya sehingga tidak terlalu memperhatikannya.
Kemampuan yang lebih pintar adalah cross-modal transfer yaitu kemampuan menggunaka informasi yang diperoleh dari satu indera untuk memandu indera lain. Contohnya seperti ketika seseorang mengidentifikasi berbagai objek dengan penglihatan setelah menyentuhnya dengan mata tertutup. Kecepatan pemrosesan meningkat dengan pesat sepanjang tahun pertama dan terus menerus meningkat pada tahun kedua dan ketiga seiring  dengan mampunya balita memilah informasi baru dari apa yang telah mereka proses.

Pemprosesan Informasi sebagai Prediktor Kecerdasan
Karena korelasi yang lemah antara skor bayi pada tes-tes perkembangan dan IQ mereka, banyak psikolog percaya bahwa fungsi-fungsi kognitif bayi memiliki sedikit persamaan dengan IQ anak yang lebih tua atau orang dewasa. Dengan perkataan lain, terdapat diskontinuitas atau ketidaksinambungan pada perkembangan kognitif. Piaget juga percaya akan hal ini. Namun, ketika para peneliti menguji bagaimana bayi dan anak mengolah informasi, beberapa aspek perkembangan mental tampak cukup berkesinambungan sejak lahir. Anak yang sejak awal sudah efisien menangkap dan menerjemahkan informasi sensori akan mendapat skor tes-tes perkembangan yang baik.
Pemprosesan informasi dan perkembangan kemampuan Piaget
Seperti telah disebut pada bagian sebelumnya, bukti-bukti baru menunjukkan bahwa beberapa kemampuan kognitif yang Piaget gambarkan sebagai perkembangan menuju akhir tahap sensorimotorik ternyata  muncul lebih dini. Beberapa kemampuan kognitif yang sudah mulai berkembang 3 tahun pertama kehidupan yaitu kausalitas, kategori, objek permanen, dan angka.

Kausalitas
Pemahaman kausalitas, prinsip yang menyatakan satu kejadian akan menyebabkan kejadian lain, hal ini penting karena “memungkinkan seseorang untuk meramalkan dan mengendalikan dunianya”. Piaget percaya bahwa pemahaman ini berkembang perlahan pada tahun pertama. Pada usia sekitar 4 hingga 6 bulan, bayi mampu mengenggam objek, mereka mulai tahu bahwa mereka dapat bertindak terhadap  lingkungannya. Menurut Piaget, bayi belum tahu bahwa berbagai sebab muncul sebelum akibat, sekitar usia 1 tahun mereka baru menyadari bahwa kekuatan dari luar dirinya dapat menyebabkan sesuatu terjadi.

Kategorisasi
Membagi-bagi dunia kedalam kategori-kategori yang bermakna merupakan hal yang penting terhadap tingkah laku berpikir mengenai berbagai objek dan konsep serta keterkaitannya. Menurut Piaget kemampuan untuk mengklasifikasi berbagai hal, baru muncul pada sekitar 18 bulan. Namun jika bayi memperhatikan lebih lama sesuatu benda bahkan ketika dia baru berusia 3 bulan, bayi telah dapat membedakan misalnya antara anjing dan kucing. Pengelompokkan ini disebut perceptual categorization  yaitu pengelompokkan berdasarkan ciri fisik objek seperti : ukuran, warna, pola atau bagian dari objek. Usia tujuh sampai 11 bulan tampak menyadari bahwa burung dengan sayapnya tidak didalam kategori yang sama dengan pesawat walaupun terlihat mirip dan keduanya bisa terbang. Usia 10-11 bulan mengakui bahwa kursi dengan warna zebra termasuk ke dalam furniture bukan binatang.



Objek Permanensi
Penelitian pelanggaran terhadap ekspektasi (violation of expectations) dimulai dengan fase familiarisasi di mana bayi melihat suatu kejadian atau serangkaian kejadian berlangsung normal. Setelah bayi terbiasa terhadap prosedur ini, kejadian tersebut diubah sedemikian rupa sehingga berkonflik dengan melanggar ekspektasi normal. Pelanggaran terhadap ekspektasi adalah metode penelitian di mana kebiasaan terhadap suatu stimulus yang berkonflik dengan pengalaman dianggap sebagai bukti bahwa bayi mengenali stimulus baru tersebut sebagi hal yang mengejutkan.
Menggunakan metode pelanggaran terhadap ekspetasi, Renee Baillargeon dan tokoh lainnya menemukan bukti bahwa permanensi objek ada pada diri bayi berusia 3 ½  bulan. Bayi tampak terkejut ketika wortel yang lebih tinggi bergeser di balik layar tidak tampak ujung atasnya, padahal pada layar sebelumnya terdapat bagian terpotong. Di mana bagian wortel dapat dilihat bila lewat.

Angka
Berbagai penelitian pelanggaran terhadap ekspektasi menunjukkan bahwa pengalaman angka sudah ada jauh sebelum sub tahap ke 6 Piaget, ketika ia mengakui anak-anak mulai menggunakan simbol. Menurut Wyen konsep numerikvsudah ada sejak bawaan lahir sejak 5 bulan dan bahwa pengajaran pada anak sebenarnya hanya berupa pengajaran “nama” saja yaitu : “satu” “dua” dan seterusnya.

Pendekatan Cognitive Neuroscience: Struktur Kognitif Otak

          Keyakinan Piaget bahwa kematangan neurologis merupakan faktor utama dalam perkembangan kognitif dikuatkan oleh riset otak masa kini. Otak tumbuh pesat –periode pertumbuhan dan perkembangan- beriring dengan perubahan dalam perilaku kognitif mirip dengan apa yang dideskripsikan Piaget. Studi atas otak orang dewasa dan yang tidak, mengarah kepada dua sistem memori jangka panjang-eksplisit dan implisit-yang menangkap dan menyimpan berbagai jenis informasi.
            Memori eksplisit adalah inagatan sadar biasanya berupa fakta, nama, peristiwa, atau hal lain yang dapat dinyatakan oleh orang. Sedangkan memori implisit merujuk kepada ingatan yang terjadi tanpa usaha atau bawah kesadaran, ingatan tersebut umumnya berkaitan dengan kebiasaan atau keterampilanseperti mengetahui bagaimana melempar bola atau mengemudikan sepeda. Memori implisit cenderung untuk berkembang lebih awal dan sempurna lebih cepat. Sinyal mirip gerakan refleks memori eksplisit amat tergantung kepada hippocampus, struktur seperti bintang laut yang ada jauh di dalam inti otak, medial temporal lobe.
Prefrontal Cortex (bagian besar lobus frontalis yang berada tepat di belakang kepala bagian depan) dipercaya memengontrol banyak aspek kognitif. Sepanjang paruh kedua tahu pertama, prefrontal cortex dan sirkuit yang berkaitan dengannya mengembangkan kapasitas memori kerja penyimpanan informasi jangka pendek dalam otak yang berproses dan terus bekerja secara aktif.


Pendekatan Sosial-Kontektual : Belajar dari Interaksi dengan Para Pengasuh
            Guided Participation merujuk kepada interaksi mutual antara orang dewasa yang membantu membentuk tindakan anak-anak dan menjembatani gap pemahaman anak-anak dengan orang dewasa. Guided participation seringkali terjadi dalam bermain bersama dan dalam aktivitas sehari-hari, dimana anak-anak mempelajari keterampilan, pengetahuan, dan nilai penting dalam kultur mereka secara tidak formal. Sehingga dapat diartikan bahwa Guided Participation adala partisipasi orang dewasa dalam aktivitas anak dalam rangka membantu menstruktur aktivitas tersebut dan membawa pemahaman anak terhadap hal tersebut mendekati pemahaman orang dewasa. Perbedaan kultural dapat memengaruhi guided participation. Dengan demikian konteks kultural dapat memengaruhi cara pengasuh memberikan kontribusi terhadap perkembangan kognitif.
  
Perkembangan Bahasa
RANGKAIAN PERKEMBANGAN BAHASA AWAL
            Bahasa adalah sistem komunikasi yang didasarkan pada kata dan tata bahasa. Sebelum bayi dapat menggunakan kata, mereka mengungkapkan kebutuhan dan perasaan mereka melalui suara-suara yang berkembang mulai dari tangisan, sergahan dan mengoceh, kemudian imitasi tanpa sengajadan akhirnya meniru dengan maksud. Suara-sauara ini dikenal dengan prelinguistic speech (bahasa pralinguistik). Bayi juga tumbuh dengan kemampuan mengenal dan memahami suara percakapan dan menggunakan gaya yang bermakna. Biasanya bayi mulai berbicara di akhir tahun pertama., dan mulai berbicara dalam kalimat pada bulan pertama atau sebelum delapan bulan hingga satu tahun kemudian.
Vokalisasi awal. Menangis adalah satu-satunya cara bayi yang baru lahir untuk berkomunikasi. Berbagai nasa, pola dan intensitas memberikan sinyal rasa lapar, mengatur, atau marah. Antara usia 3 bulan dan 6 bulan, bayi mulai bermain dengan suara yang mengandung arti, yaitu dengan mencocokkan suara dengan orang disekitarnya. Babbling (mengoceh)–mengulang rangkaian huruf konsonanseperti “ma-ma-ma-ma”-muncul di antar usia 6dan 10 bulan dan sering kali disalah artikan sebagai kata pertama bayi.
Mengenal suara bahasa. Kemampuan untuk melihat perbedaan antarsuara merupakan hal yang essensial dalam perkembangan bahasa. Bayi berusia 4,5 bulan mendengarkan nama mereka lebih lama ketimbang nama lain, bahkan terhadap nama dengan pola tekanan yang mirip dengan nama mereka. Seiring dengan waktu sepanjang paruh kedua tahun pertama, bayi menjadi semakin akrab dengan suara dari bahasa mereka sendiri, mereka mulai awas terhadap aturan fonem, yaitu bagaimana suara ditata dalam percakapan.
Isyarat (Gestures). Pada usia 9 bulan,  bayi menunjuk objek, terkadang membuat suara yang menunjukkan ia menginginkan objek tersebut. Pada usia 9-12 bulan, bayi mempelajari gerakan sosial konvensional: melambaikan tangan “da da”, menganggukkan kepala untuk menyatakan ya, atau menggelengkan kepala untuk tidak. Gerakan simbolik seperti meniup untuk menandakan panas, atau menghirup untuk menunjukkan bunga, biasanya muncul pada saat si bayi mengatakan kata pertama mereka, dan fungsi mereka persis bahasa.
Kata Pertama. Rata-rata bayi mengucapkan kata pertamanya diantara bulan ke-10 dan ke-14, memulai ekspresi percakapan-verbal linguistikyang mengandung makna. Segera setelah itu, bayi akan menggunakan banyak kata dan akan menunjukkan beberapa pemahaman terhadap tata bahasa, pelafalan, intonasi, dan ritme. Pada usia 13 bulan, sebagian besar anak-anak memahami kata-kata yang diperuntukkan bagi sesuatu atau peristiwa tertentu, dan mereka dengan cepat mempelajari makna kata baru. Diantara usia 16 dan 24 bulan, akan terjadi naming eksplosion. Dalam beberapa minggu, balita akan berkembang dari hanya menucapkan 50 kata menjadi 400 kata. Pesatnya penguasaan kosakata yang diucapkan ini mencerminkan peningkatan kecepatan akurasi pengenalan bahasa sepanjang tahun kedua.
Kalimat Pertama. Biasanya anak-anak melakukan hal ini antara 18 dan 24 bulan, sekitar 8-12 bulan setelah mereka mengucapkan kata pertamanya. Kalimat pertama si anak biasanya berkenaan dengan peristiwa, benda, orang, dan aktivitas sehari-hari. Akan tetapi, cakupan umur amat bervariasi. Pertama-tama, anak biasanya menggunakan bahasa telegrafik, yang hanya terdiri dari beberapa kata essensial. Diantara 20-30 bulan, anak akan menunjukkan kompetensi dalam sintak (syntax), yaitu aturan untuk menyusun kalimat dalam bahasa mereka. Pada usia 3 tahun, bicaranya udah lancar, semakin panjang dan semakin kompleks. Walaupun ada bagian dari percakapan yang dihilangkan, mereka dapat mengkomunikasikan maknanya dengan benar.
KARAKTERISTIK BAHASA AWAL
            Proses manusia dalam berbahasa sudah dimulai sejak masih menjadi seorang bayi. Lalu bahasa tersebut berkembang melalui tahap-tahap tertentu dalam kehidupan manusia. Bahasa awal yang dimiliki seorang anak sebenarnya memiliki karakteristik pada setiap kata-kata yang diucapkannya. Karakteristik bahasa awal anak tiga tahun pertama ada 3,yakni:
1.      Sederhana
Umumnya anak-anak tiga tahun pertama megucapkan kata-kata yang sifatnya sederhana, mudah dimengerti dan dipahami oleh anak tersebut. Kata-kata yang diucapkannya merupakan refleksi dari gambaran-gambaran karakteristik lingkungan hidupnya. Misalnya: ketika anak mengatakan kata ‘main’, artinya dia ingin bermain. ‘makan’, artinya dia lapar.   Kesederhanaan kalimat yang diucapkan anak tersebut merupakan pengaruh dari struktur kematangan kognitif anak tersebut yang belum kompleks dan sempurna.
2.      Memahami hubungan gramatika (Tata bahasa)
Anak tiga tahun pertama sebenarnya sudah memahami susunan tata bahasa, namun mereka masih sulit untuk mengungkapkan katat-kata menggunakan susunan tata bahasa yang benar. Misalnya: kata yang diucapkannya adalah ‘mama ambil’ bukan ‘mama mengambil mainan’. Namun, meskipun kata-kata tersebut belum sempurna, orang-orang yang di dekatnaya biasanya sudah dapat mengerti dan memahami maksud anak tersebut, misalnya orangtuanya.

3.      Menyempitkan dan meluaskan makna kata
Anak-anak biasanya meyempitkan makna kata melalui apa yang ia dapatkan dari lingkungan sekitarnya. Misalnya: ketika seorang anak dibelikan sebuah mobil-mobilan oleh ayahnya dan memperkenalkan anak itu bahwa itu adalah sebuah mobil. Jadi, dia akan menyimpulkan sendiri bahwa hanya benda tersebutlah yang disebut sebuah mobil. Namun, butuh beberapa waktu untuknya mengerti bahwa ada juga benda seperti itu yang juga disebut sebagai mobil.
Selain menyempitkan makna kata, anak juga meluaskan makna kata. Ketika seorang anak diperkenalkan dengan pamannya. Kebetulan, pamannya tersebut botak. Jadi dia menggeneralisasi bahwa semua yang botak itu adalah pamannya. Disini, anak tersebut juga butuh beberapa waktu untuk mengerti bahwa tidak semua yang berambut botak itu adalah pamannya, seiring dengan semakin banyaknya ia mengenal kosakata baru.

TEORI KLASIK PENGUASAAN BAHASA : PERDEBATAN NATURE AND NURTURE
Skinner mengatakan bahwa pembelajaran bahasa seperti pembelajaran lainnya merupakan hasil dari pengalaman. Merujuk kepada teori pembelajaran klasik, anak belajar bahasa melalui pengkondisian operan. Awalnya anak tesebut mengeluarkan suara-suara yang acak.pengasuh mempertegas suara yang muncul mirip bicara orang dewasa dengan senyum, perhatian dan pujian. Kemudian, anak tersebut mengulang kata-kata yang dipertegas tadi. Suara-suara yang bukan dari bahasa natif tidak dipertegas. Sedangkan suara yang tidak diberi penguatan akan berangsur hilang.
Pandangan Chomsky sendiri disebut nativisme. Tidak seperti teori pembelajaran Skinner, nativisme menekankan pada peran aktif pembelajaran. Karena bahasa bersifat universal bagi manusia, Chomsky berpendapat bahwa otak manusia memiliki kapasitas bawaan untuk memperoleh bahasa. Bayi belajar berbicara sealamiah mereka mereka belajar berjalan. Chomsky juga berpendapat bahwa alat pemeroleh bahasa (LAD) yaitu mekanisme bawaan memprogram otak bayi untuk menganalisis bahasa yang mereka dengar dan untuk menemukan aturan-aturannya. Baru-baru ini Chomsky mengidentifikasi satu set sederhana prinsip universal yang mendasari semua bahasa dan satu mekanisme multi tujuan untuk menghubungkan suara ke makna.
  
PENGARUH PADA PERKEMBANGAN BAHASA AWAL
1.      Faktor neurologis
Tangisan bayi yang baru lahir dikendaikan oleh batang otak dan pons, bagian otak yang paling primitive dan paling dahulu berkembang. Celoteh yang berulang-ulang mungkin muncul dengan maturasui dari bagian korteks motorik yang mengendalikan gerakan wajah dan tenggorokan. Pada tahun kedua, ketika anak mulai berbicara, jalur saraf yang menghubungkan auditori dan aktivitas motorik menjadi matang.
Penelitian terhadap anak-anak yang mengalami kerusakan otak menunjukkan bahwa periode sensitive yang terjasi sebelum lateralisasi bahasa bersifat menetap. Sifat plastisitas otak bayi sepertinya memungkinkan berbagai fungsi ditransfer dari area yang rusak ke wilayah lain. Dengan demikian, orang dewasa yang hemisferkirinya diangkat atau terluka akan mengalami kerusakan bahasa yang parah.temuan-temuan yang ada menunjukkan bahwa penugasan fungsi bahasa pada struktur bahasa mungkin merupakan proses bertahap yang terkait dengan pengalaman verbal dan perkembangan kognitif.
2.      Interaksi sosial:Peran orangtua dan pengasuh
Periode pralinguistik : pada tahap berceloteh, orang dewasa membantu anak bergerak maju kearah berbicara dalam arti yang sebenarnya dengan mengulang suara yang keluar dari mulut si anak. Peniruan suara yang dibuat oleh orang tua terhadap suara anak sangat mempengaruhi kecepatan pembelajaran bahasa.
Perkembangan kosakata : si anak belajar dengan mendengarkan hal yang diucapkan orang dewasa. Ketika bayi mulai berbicara, orang tua atau pengasuh sering membantu mereka dengan mengulang kata pertama mereka dan melafalkannya secara benar. Pencampuran code yaitu : penggunaan elemen dari dua bahasa, kadang dalam ucapan yang sama, oleh anak yang masih muda dalam keluarga di mana kedua bahasa digunakan. Pertukaran code yaitu : mengubah bicara seseorang menjadi cocok dengan situasi, seperti pada seorang yang bilingual.
3.      Child-directed speech
Yaitu bentuk bicara yang sering digunakan pada bayi dan anak, termasuk bicara perlahan dan disederhanakan, dengan nada bicara yang tinggi, suara vokal yang dilebih-lebihkan, dan banyak repitisi, juga disebut parentese.


Mempersiapkan literasi: Keuntungan membaca lantang
Literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis. Orang dewasa memiliki 3 gaya membaca pada anak yaitu : gaya penggambar (describer style), gaya pemaham (comprehender style), dan gaya orientasi pertunjukan (performance oriented). Melalui cara membaca cerita oleh orang dewasa kepada si anak dengan gaya membaca diatas dapat memberikan kesempatan alamiah untuk memberikan informasi dan meningkatkan kosakata sang anak. Hal ini juga penting untuk mendukung ikatan emosional dan meningkatkan perkembangan kognitif anak tersebut.