Perkembangan Kognitif Sepanjang 3 Tahun Pertama
Mempelajari Perkembangan Kognitif: Pendekatan Klasik
·
Pendekatan
behaviouris mempelajari mekanika dasar pembelajaran. Pendekatan tersebut memberikan
perhatian terhadap bagaimana perilaku berubah sebagai respons terhadap sebuah
pengalaman.
·
Pendekatan
psikometris mencoba mengukur perbedaan kuanitatif dalam kemampuan kognitif dengan
menggunakan tes yang mengindikasikan atau meramalkan kemampuan ini.
·
Pendekatan
Piagetian memerhatikan perubahan, atau langkah-langkah, dalam
kualitas fungsi kognitif. Pendekatan
tersebut memberikan perhatian tentang bagaimana pikiran menstruktur
aktivitasnya dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Pendekatan Behaviouris:
Mekanika Pembelajaran Dasar
Dua proses pembelajaran
yang dipelajari oleh behaviourist: classical conditioning (pengkondisian
klasik) dan operant conditioning (pengkondisian operan).
Pengkondisian
Klasik dan Operan.
Pengkondisian
Klasik: Pembelajaran yang didasarkan pada pengaitan
stimulus yang asalnya tidak merangsang respons dengan stimulus lain yang
merangsang respons. Pembelajaran yang dikondisikan secara klasik akan pupus
atau akan lenyap, apabila tidak dikuatkan.
Pengkondisian
Operan: Pembelajaran yang didasarkan kepada penguatan
(atau hukuman), dimana seorang pembelajar akan bertindak, atau bekerja
berdasarkan, dan dipengaruhi oleh lingkungan.
Ingatan
Bayi.
Ketidakmampuan untuk mengingat peristiwa di masa awal disebut infantile
amnesia. Periset lain menyatakan bahwa anak-anak tidak akan dapat membicarakan
peristiwa-peristiwa tersebut. Bayi berusia 2 sampai 6 bulan hanya akan
mengulangi perilaku yang dipelajai ketika mereka melihat mobil atau kereta api asal.
Akan tetapi, bayi yang lebih tua, antara 9 sampai 12 bulan akan “mencobakan”
perilaku tersebut terhadap kereta api yang lain, kurang dua minggu setelah
pelatihan tersebut.
Pendekatan Psikometrik: Pengujian Perkembangan
dan Kecerdasan
Perilaku
kecerdasan (intelligent behaviour) berorientasi tujuan dan adaptif: dengan
tujuan memperbaiki situasi dan kondisi hidup. Kecerdasan memungkinkan orang
untuk mendapatkan, mengingat, dan menguunakan pengetahuan, untuk memahami
konsepdan hubungan serta memecahkan masalah sehari-hari.
Mulai abad kesembian belas, terdapat usaha untuk
mengukur kecerdasan dan karakteristiktertentu seperti ukuran kepala dan waktu
bereaksi, lalu kemudian dengan tes yang mencatat nilai kekuatan kepala ketika
ditekan, sensitivitas terhadap rasa sakit, perbedaan berat, penilaian waktu,
dan kebiasaan mengingat. Kemudian pada awal abad kedua puluh, sekolah
administrasi di Paris meminta Alfred Binet, seorang psikolog, untuk merancang
cara mengidentifikasi anak-anak yang tidak dapat menangani tugas akademik dan
harus diberikan pendidikan khusus. Salah satunya adalah skala kecerdasan
Stanford-Binet, adalah versi Amerika terhadap tes Binet-Simon.
Tujuan dari tes
psikometri adalah untuk mengukur secara kuantitatif berbagai faktor yang diduga
membentuk kecerdasan (seperti pemahaman dan penalaran) dan, dari hasil
pengukuran tersebut, untuk memprediksi performa di masa yang akan datang
(seperti prestasi sekolah). Tes IQ (Intelligent Quetient) terdiri dari
pertanyaan atau tugas yang seharusnya menunjukkan seberapa banyak kemampuan
yang diukur dimiliki seseorang, dengan membandingkan prestasi orang tersebut
dengan yang lain.
Menguji
Bayi dan Balita. Bayley Scales of Infant Development
[Skala Perkembangan Bayi Bayley] didesain untuk menguji status perkembangan
bayi dari usia satu bulan hingga 3,5 bulan. Bayley-II memiliki 3 bagian: skala
mental, yang mengukur kemampuan seperti persepsi, ingatan, pembelajaran, dan
vokalisasi; skala motor, yang mengukur kemampuan motor kasar dan halus, termasuk
koordinasi sensorimotor; dan skala tingkat perilaku (behaviour rating scale)
yang harus diselesaikan oleh penguji, sebagai bagian dari informasi dasar dari
pengasuh bayi.
Menilai
Dampak Lingkungan Rumah. HOME adalah daftar untuk mengukur
pengaruh lingkungan rumah terhadap perkembangan kognitif anak. Satu faktor yang
diukur oleh HOME (Home Observation for Measurement of the Environment) adalah
responsivitas orang tua. HOME memberikan kredit kepada orang tua bayi atau
batita yang membelai atau mencium si anak pada saat kunjungan penguji. HOME
juaga menguji jumlah buku di rumah, keberadaan permainan yang mendorong
perkembangan konsep, dan keterlibatan orang tua terhadap permainan anak.
Intervensi
Dini
adalah proses sistematik dalam merencanakan dan menyediakan pelayanan
terapeutik dan pendidikan terhadap keluarga yang membutuhkan pertolongan untuk
memenuhi kebutuhan bayi, balita, dan anak prasekolah. Para periset telah
mengidentifikasi enam mekanisme persiapan perkembangan (development priming
mechanism) yaitu aspek lingkungan rumah yang melicinkan jalan untuk
perkembangan psikososial dan kognitif normal dan membantu mempersiapkan anak
untuk sekolah. Keenam mekanisme tersebut adalah: (1) mendorong eksplorasi
lingkungan; (2) mentoring dalam keterampilan kognitif dasar dan sosial; seperti
menempel, merangkai, menyusun, dan membandingkan; (3) merayakan keberhasilan;
(4) bimbingan keterampilan dalam praktik dan pengembangan; (5) perlindungan
dari hukuman yang tidak seharusnya, ejekan, atau ketidaksetujuan terhadap kesalahan
atau konsekuensi dari ketidaksengajaan mengeksplorasi dan mencoba keterampilan
yang ada; (6) menstimulasi bahasa dan komunikasi simbolik lainnya. Tujuan
intervensi dini adalah membantu anak-anak yang tidak mendapatkan dukungan
perkembangan seperti itu.
Sebagaimana
yang biasa terjadi dalam program intervensi dini, keunggulan dini ini tidak
dapat dipertahankan sepenuhnya. Tingkat kecerdasan tersebut menurun pada usia
antara 3 dan 8 tahun, teruttama pada anak yang berasal dari lingkungan rumah
yang sangat buruk. Intervensi dini yang paling efektif adalah:
1.
Yang dimulai sedini mungkin dan terus
berlangsung sampai usia prasekolah.
2.
Sangat intensif (dengan kata lain
menghabiskan ebih banyak waktu dalam sehari dan lebih banyak hari dalam
seminggu, bulan, atau setahun).
3.
Memberikan pengalaman mendidik secara
langsung, bukan hanya sekedar latihan parenting.
4.
Mengambil pendekatan komprehensif yang
mencakup kesehatan, konseling keluarga, layanan sosial.
Pendekatan Piagetian : Tahap Sensorimotor
Jean Piagetian adalah seorang muda yang belajar di Paris, ia membantu
menstandarisasi tes yang dikembangkan oleh Alfred Binet untuk menguji kecerdasan mahasiswa
kedokteran. Teori piaget
menginspirasikan banyak riset tehadap kognifisi bayi dan anak-anak. Teori
piaget menginspirasikan banyak riset terhadap kognisi bayi dan anak-anak.
Namun, terkadang teori kurang sesuai dengan kenyaannya terhadap bayi. Tahap
pertama dari empat tahap perkembangan kognitif piaget adalah tahap
sensorimotor. Sub-tahap tahap sensorimotor mereka lakukan dengan proses
organisasi,adaptasi, dan ekualibrasi. Pertumbuhan kognitif dini ini dimulai
dari respons sirkular, dimana sang bayi mulai berusaha memproduksi apa yang ia
alami, seperti yang membuatnya senang ataupun tertarik.
Subtahap pertama terjadi sekitaran dari
lahir hingga berumur 1 bulan. Sang bayi mulai dapat menghisap secara refleks
walaupun perangsanan normalnya tidak ada.
Subtahap kedua terjadi sekitaran berumur
1 sampai 4 bulan. Sang bayi sudah dapat
menggunakan indera yang dia miliki seperti merenspon suara-suara atapun cahaya
juga gambar yang menarik menurutnya
Subtahap ketiga terjadi sekitar berumur
4 sampai 8 bulan. Sang bayi sudah dapat menggoncang-goncang mainan yang
bersuara untuk mendangar suaranya. Atau mengoceh kecil pada wajah seseorang
yang sudah akrab terhadapnya agar bersama dengannya lebih lama.
Subtahap keempat terjadi sekira berumur
8 sampai 12 bulan. Sang bayi dapat memecahkan masalah yang datang kepada
seperti, menyingkirkan tangan yang menghalangnya untuk meraih mainan yang ingin
digapainya.
Subtahap kelima terjadi sekitar berumur
12 sampai 18 bulan. Sang bayi sudah dapat memahami dan memvariasikan
tindakannya seperti meremas bebekan plastik apakah setelah diremas akan
bersuara lagi dan seterusnya.
Subtahap keenam terjadi sekitar berumur
18 sampai 2 tahun. Sang bayi mengalami transisi menuju ketahap kanak awal. Mulai mampu mempresentasikan objek atau
peristiwa dalami gatan dan sebagian besar melalui symbol seperti kata, angka
dan gambaran.
Perkembangan
pengetahuan berkenaan dengan objek dan ruang
Memiliki estitensi, karakteristik,
tersendiri dan tempat dalam ruang. Untuk memahami eksistensi dan lokasi image yang terpantul. Dan sang
bayi menggunakan tangan mereka untuk mengeksplorasi gambar sebagai objek untuk
dirasa, digosok, disapu atau direnggut.
Kepermanenan
objek
Bayi yang berumur sekitar 8-12 bulan
mulai dapat mencari objek yang ada dihadapannya, dan mencarinya ditempat
pertama ia mendapatkannya. Dan disaat berusia 12-18 bulan , bayi mulai mencari
mainan . kepermanenan objek berkembang secara gradual sepanjang tahap sensorik.
Penjelas lebih lagi ialah bahwa bayi bahkan batita dan anak pra sekolah akan
melakukan hal yang dianggapnya sulit dan berusah memecahkannya sampai selesai.
Objek
dalam Ruang
Sebelum bayi dapat bergerak dengan
sendirinya , pengetahuan bayi dengan sendirinya tidak lebih dengan apa yang ia
gapai. Bayi menggunakan pandangan
Allosentris (objek) mereka dapat mempertimbangkan hubungan anatara semua objek
dalam sebuah ruang, termasuk diri mereka. Dan karena mereka bersifat
egosentris, mereka hanya dapat melihat sesuatu dari apa yang meraka tangkap
dengan imajinasinya sendiri yang karena imobilotas mereka masih rendah.
Kepermanenan
objek
Bayi masih agak sulit mendapatkan mainan
yang disembunyikan karena mereka belum mampu melakukan rangkaian kegiatan
sekali bersamaan seperti mencari, sekalian mengobrak-abrik. Merujuk ke Piaget,
kategorisasi kemampuan bayi dalam mengelompokkan seperti anjing bukanlah
kucing, itu berbeda. Dan mereka dapat berpikir, mainan merupakan replica dari
binatang-binatang. Hal ini menunjukkan bahwa mereka lebih merespon kepada
kemiripan dan perbedaan konseptual daripada perseptual.
Imitasi
Tersamar dan Tertunda
Imitasi tersamar (invisible imitation)
imitasi yang menggunakan bagian dari tubuh yang tidak dapat bayi lihat sendiri
pada dirinya seperti mulut yang berkembang pada usia 9 bulan dan perkembangan
lainnya. Dan hanya satu gerakan saja yang bersifat imititatif- menjulurkan
lidah dan respons tersebut menghilang diusia 2 bulan. Piaget juga berpendapat
bahwa anak yang dibawah 18 bulan tidak dapat melakukan imitasi
tertunda(deferred imitation) dari tindakan yang mereka saksikan beberapa waktu
sebelumnya. Imitasi tertunda dini mungkin merupakan cara bayi yang mengeksplorasi
identitas. Sekali lagi, lebih awal dari yang dinyatakan oleh Piaget. Bayi dan
balita sama-sama memiliki kemampuan mengingat dalam jangka waktu yang cukup
lama.
Persepsi bayi jauh diatas kemampuan
motor mereka, dan metode saat ini memungkinkan periset untuk melakukan
observasi dan kesimpulan dari berbagai persepsi tersebut.
Para
peneliti telah mendapatkan 3 pendekatan terbaru untuk menambah pengetahuan
tentang perkembangan kognitif bayi dan balita.
·
Information-processing
approach, yaitu fokus pada berbagai proses yang terlibat
dalam persepsi, pembelajaran, ingatan, dan pemecahan masalah. Pendekatan ini
mencoba menemukan apa yang dilakukan orang-orang dengan informasi, sejak saat mereka
berhadapan dengan informasi hingga mereka menggunakannya.
·
Cognitive
neuroscince approach, yaitu menelaah bagian-bagian sistem
saraf pusat. Pendekatan ini berupaya untuk mengidentifikasi struktur-struktur
otak yang terlibat aspek kognitif tertentu.
·
Social-contextual
approach, yaitu menelaah aspek-aspek lingkungan dari proses
pembelajaran, khususnya peran orangtua dan pengasuh lainnya.
Information-processing Approach: Persepsi dan Representasi
Seperti pendekatan
psikometrik, teori pemrosesan informasi memperhatikan perbedaan individual pada
tingkah laku dan kecerdasan. Tetapi, pendekatan itu bertujuan untuk
mendeskripsikan berbagai proses mental yang terlibat ketika seseorang
memperoleh dan mengingat informasi atau
memecahkan masalah, dibanding sekedar menyimpulkan perbedaan pada fungsi mental
dari jawaban-jawaban yang diberikan atau masalah-masalah yang dipecahkan.
Penelitian pemrosesan informasi menggunakan metode-metode baru untuk menguji
berbagai ide tentang perkembangan kognitif yang muncul dari
pendekatan-pendekatan sebelumnya.
Habituation (Pembiasaan)
Banyak peneliti
mengatakan pemrosesan informasi pada bayi didasarkan pada habituation, yaitu
suatu jenis pembelajaran dimana pemaparan berulang atau terus menerus dari
suatu stimulus mengurangi perhatian terhadap stimulus, lalu memperlambat atau
menghentikan respon.Dengan semakin biasanya bayi terhadap sstimulus tersebut
akhirnya bayi mentransformasi sesuatu yang tidak biasa menjadi biasa, dan
sesuatu yang tidak diketahui menjadi tahu.
Para peneliti mengkaji
habituasi pada bayi yang baru lahir deengan cara berulang-ulang memberikan
stimulus (biasanya suara atau pola visual) dan memonitori respon-respon seperti
detak jantung, menghisap, gerakan mata dan aktivitas otak. Bayi yang sedang
menghisap biasanya berhenti ketika stimulus-stimulus diberikan pertama kali,
mengarahkan perhatiannya pada stimulus baru tersebut dan tidak lagi menghisap
sampai stimulus tersebut berakhir. Setelah suara maupun isyarat tersebut
diberikan berulang kali maka stimulus tersebut akan kehilangan kebaruannya dan
tidak lagi membuat bayi berhenti menghisap. Setelah bayi melanjutkan kembali
menghisap hal ini menunjukkan bahwa bayi telah terbiasa dengan stimulus
tersebut. Namun suara atau isyarat baru akan menarik perhatian bayi dan ia akan
berhenti menghisap lagi. Peningkatan respon terhadap stimulus baru ini disebut dishabituation.
Kemampuan
Perseptual serta Pemrosesan Visual dan Auditori
Kecenderungan bayi
memandang sesuatu lebih lama daripada yang lain disebut visual preference. Bayi yang kurang dari dua hari lebih memilih
untuk melihat garis-garis lengkung atau melingkar, pola kompleks, objek tiga
dimensi, gambaran wajah, dan hal-hal baru. Apabila bayi lebih memerhatikan
stimuli baru ketimbang yang lama—hal ini disebut novelty preference—mereka menunjukkan bahwa mereka dapat membedakan
bentuk yang baru dengan yang lama.
Visual
recognition memory (Ingatan pengenalan visual) kemampuan
untuk membedakan stimulus visual yang familiar dari yang tidak familiar ketika
keduanua diperlihatkan secara bersamaan.
Fakta menyatakan bahwa bayi yang baru lahir akan menoleh ke arah sumber
suara menunjukkan bahwa mereka mengasosiasikan pendengaran dengan penglihatan. Visual recognition memory dapat diukur
dengan menunjukkan dua stimulus bersebelahan pada bayi, yang satu familiar dan
yang lainnya baru. Tatapan yang lebih lama terhadap stimulus yang baru
menunjukkan bahwa bayi mengenali stimulus yang lainnya sebagai sesuatu yang
sudah ia kenali sebelumnya sehingga tidak terlalu memperhatikannya.
Kemampuan yang lebih
pintar adalah cross-modal transfer
yaitu kemampuan menggunaka informasi yang diperoleh dari satu indera untuk
memandu indera lain. Contohnya seperti ketika seseorang mengidentifikasi
berbagai objek dengan penglihatan setelah menyentuhnya dengan mata tertutup.
Kecepatan pemrosesan meningkat dengan pesat sepanjang tahun pertama dan terus
menerus meningkat pada tahun kedua dan ketiga seiring dengan mampunya balita memilah informasi baru
dari apa yang telah mereka proses.
Pemprosesan
Informasi sebagai Prediktor Kecerdasan
Karena korelasi yang lemah antara
skor bayi pada tes-tes perkembangan dan IQ mereka, banyak psikolog percaya
bahwa fungsi-fungsi kognitif bayi memiliki sedikit persamaan dengan IQ anak
yang lebih tua atau orang dewasa. Dengan perkataan lain, terdapat diskontinuitas
atau ketidaksinambungan pada perkembangan kognitif. Piaget juga percaya akan
hal ini. Namun, ketika para peneliti menguji bagaimana bayi dan anak mengolah
informasi, beberapa aspek perkembangan mental tampak cukup berkesinambungan
sejak lahir. Anak yang sejak awal sudah efisien menangkap dan menerjemahkan
informasi sensori akan mendapat skor tes-tes perkembangan yang baik.
Pemprosesan
informasi dan perkembangan kemampuan Piaget
Seperti telah disebut pada bagian
sebelumnya, bukti-bukti baru menunjukkan bahwa beberapa kemampuan kognitif yang
Piaget gambarkan sebagai perkembangan menuju akhir tahap sensorimotorik
ternyata muncul lebih dini. Beberapa kemampuan
kognitif yang sudah mulai berkembang 3 tahun pertama kehidupan yaitu
kausalitas, kategori, objek permanen, dan angka.
Kausalitas
Pemahaman kausalitas, prinsip yang
menyatakan satu kejadian akan menyebabkan kejadian lain, hal ini penting karena
“memungkinkan seseorang untuk meramalkan dan mengendalikan dunianya”. Piaget
percaya bahwa pemahaman ini berkembang perlahan pada tahun pertama. Pada usia
sekitar 4 hingga 6 bulan, bayi mampu mengenggam objek, mereka mulai tahu bahwa
mereka dapat bertindak terhadap
lingkungannya. Menurut Piaget, bayi belum tahu bahwa berbagai sebab
muncul sebelum akibat, sekitar usia 1 tahun mereka baru menyadari bahwa
kekuatan dari luar dirinya dapat menyebabkan sesuatu terjadi.
Kategorisasi
Membagi-bagi dunia kedalam
kategori-kategori yang bermakna merupakan hal yang penting terhadap tingkah
laku berpikir mengenai berbagai objek dan konsep serta keterkaitannya. Menurut
Piaget kemampuan untuk mengklasifikasi berbagai hal, baru muncul pada sekitar
18 bulan. Namun jika bayi memperhatikan lebih lama sesuatu benda bahkan ketika
dia baru berusia 3 bulan, bayi telah dapat membedakan misalnya antara anjing
dan kucing. Pengelompokkan
ini disebut perceptual categorization yaitu pengelompokkan berdasarkan ciri fisik
objek seperti : ukuran, warna, pola atau bagian dari objek. Usia tujuh sampai
11 bulan tampak menyadari bahwa burung dengan sayapnya tidak didalam kategori
yang sama dengan pesawat walaupun terlihat mirip dan keduanya bisa terbang.
Usia 10-11 bulan mengakui bahwa kursi dengan warna zebra termasuk ke dalam furniture bukan binatang.
Objek
Permanensi
Penelitian pelanggaran terhadap
ekspektasi (violation of expectations)
dimulai dengan fase familiarisasi di mana bayi melihat suatu kejadian atau
serangkaian kejadian berlangsung normal. Setelah bayi terbiasa terhadap
prosedur ini, kejadian tersebut diubah sedemikian rupa sehingga berkonflik
dengan melanggar ekspektasi normal. Pelanggaran terhadap ekspektasi adalah
metode penelitian di mana kebiasaan terhadap suatu stimulus yang berkonflik
dengan pengalaman dianggap sebagai bukti bahwa bayi mengenali stimulus baru
tersebut sebagi hal yang mengejutkan.
Menggunakan metode pelanggaran
terhadap ekspetasi, Renee Baillargeon dan tokoh lainnya menemukan bukti bahwa
permanensi objek ada pada diri bayi berusia 3 ½
bulan. Bayi tampak terkejut ketika wortel yang lebih tinggi bergeser di
balik layar tidak tampak ujung atasnya, padahal pada layar sebelumnya terdapat
bagian terpotong. Di mana bagian wortel dapat dilihat bila lewat.
Angka
Berbagai penelitian pelanggaran
terhadap ekspektasi menunjukkan bahwa pengalaman angka sudah ada jauh sebelum
sub tahap ke 6 Piaget, ketika ia mengakui anak-anak mulai menggunakan simbol.
Menurut Wyen konsep numerikvsudah ada sejak bawaan lahir sejak 5 bulan dan
bahwa pengajaran pada anak sebenarnya hanya berupa pengajaran “nama” saja yaitu :
“satu” “dua” dan seterusnya.
Pendekatan Cognitive Neuroscience: Struktur Kognitif Otak
Keyakinan Piaget
bahwa kematangan neurologis merupakan faktor utama dalam perkembangan kognitif
dikuatkan oleh riset otak masa kini. Otak tumbuh pesat –periode pertumbuhan dan
perkembangan- beriring dengan perubahan dalam perilaku kognitif mirip dengan
apa yang dideskripsikan Piaget. Studi atas otak orang dewasa dan yang tidak,
mengarah kepada dua sistem memori jangka panjang-eksplisit dan implisit-yang
menangkap dan menyimpan berbagai jenis informasi.
Memori
eksplisit adalah inagatan sadar biasanya berupa fakta, nama, peristiwa, atau
hal lain yang dapat dinyatakan oleh orang. Sedangkan memori implisit merujuk
kepada ingatan yang terjadi tanpa usaha atau bawah kesadaran, ingatan tersebut
umumnya berkaitan dengan kebiasaan atau keterampilanseperti mengetahui bagaimana
melempar bola atau mengemudikan sepeda. Memori implisit cenderung untuk
berkembang lebih awal dan sempurna lebih cepat. Sinyal mirip gerakan refleks
memori eksplisit amat tergantung kepada hippocampus, struktur seperti bintang
laut yang ada jauh di dalam inti otak, medial
temporal lobe.
Prefrontal Cortex
(bagian besar lobus frontalis yang berada tepat di belakang kepala bagian
depan) dipercaya memengontrol banyak aspek kognitif. Sepanjang paruh kedua tahu
pertama, prefrontal cortex dan sirkuit yang berkaitan dengannya mengembangkan
kapasitas memori kerja penyimpanan informasi jangka pendek dalam otak yang
berproses dan terus bekerja secara aktif.
Pendekatan Sosial-Kontektual : Belajar dari Interaksi dengan Para Pengasuh
Guided Participation
merujuk kepada interaksi mutual antara orang dewasa yang membantu membentuk
tindakan anak-anak dan menjembatani gap pemahaman anak-anak dengan orang
dewasa. Guided participation seringkali terjadi dalam bermain bersama dan dalam
aktivitas sehari-hari, dimana anak-anak mempelajari keterampilan, pengetahuan,
dan nilai penting dalam kultur mereka secara tidak formal. Sehingga dapat
diartikan bahwa Guided Participation adala partisipasi orang dewasa dalam
aktivitas anak dalam rangka membantu menstruktur aktivitas tersebut dan membawa
pemahaman anak terhadap hal tersebut mendekati pemahaman orang dewasa.
Perbedaan kultural dapat memengaruhi guided participation. Dengan demikian
konteks kultural dapat memengaruhi cara pengasuh memberikan kontribusi terhadap
perkembangan kognitif.
Perkembangan Bahasa
RANGKAIAN PERKEMBANGAN BAHASA AWAL
Bahasa
adalah sistem komunikasi yang didasarkan pada kata dan tata bahasa. Sebelum
bayi dapat menggunakan kata, mereka mengungkapkan kebutuhan dan perasaan mereka
melalui suara-suara yang berkembang mulai dari tangisan, sergahan dan mengoceh,
kemudian imitasi tanpa sengajadan akhirnya meniru dengan maksud. Suara-sauara
ini dikenal dengan prelinguistic speech (bahasa pralinguistik). Bayi juga tumbuh
dengan kemampuan mengenal dan memahami suara percakapan dan menggunakan gaya
yang bermakna. Biasanya bayi mulai berbicara di akhir tahun pertama., dan mulai
berbicara dalam kalimat pada bulan pertama atau sebelum delapan bulan hingga
satu tahun kemudian.
Vokalisasi
awal. Menangis adalah satu-satunya cara bayi yang baru
lahir untuk berkomunikasi. Berbagai nasa, pola dan intensitas memberikan sinyal
rasa lapar, mengatur, atau marah. Antara usia 3 bulan dan 6 bulan, bayi mulai
bermain dengan suara yang mengandung arti, yaitu dengan mencocokkan suara
dengan orang disekitarnya. Babbling
(mengoceh)–mengulang rangkaian huruf konsonanseperti “ma-ma-ma-ma”-muncul di
antar usia 6dan 10 bulan dan sering kali disalah artikan sebagai kata pertama
bayi.
Mengenal
suara bahasa. Kemampuan untuk melihat perbedaan
antarsuara merupakan hal yang essensial dalam perkembangan bahasa. Bayi berusia
4,5 bulan mendengarkan nama mereka lebih lama ketimbang nama lain, bahkan
terhadap nama dengan pola tekanan yang mirip dengan nama mereka. Seiring dengan
waktu sepanjang paruh kedua tahun pertama, bayi menjadi semakin akrab dengan
suara dari bahasa mereka sendiri, mereka mulai awas terhadap aturan fonem,
yaitu bagaimana suara ditata dalam percakapan.
Isyarat
(Gestures). Pada usia 9 bulan, bayi
menunjuk objek, terkadang membuat suara yang menunjukkan ia menginginkan objek
tersebut. Pada usia 9-12 bulan, bayi mempelajari gerakan sosial konvensional:
melambaikan tangan “da da”, menganggukkan kepala untuk menyatakan ya, atau
menggelengkan kepala untuk tidak. Gerakan simbolik seperti meniup untuk
menandakan panas, atau menghirup untuk menunjukkan bunga, biasanya muncul pada
saat si bayi mengatakan kata pertama mereka, dan fungsi mereka persis bahasa.
Kata
Pertama. Rata-rata bayi mengucapkan kata pertamanya
diantara bulan ke-10 dan ke-14, memulai ekspresi percakapan-verbal linguistikyang mengandung makna. Segera setelah
itu, bayi akan menggunakan banyak kata dan akan menunjukkan beberapa pemahaman
terhadap tata bahasa, pelafalan, intonasi, dan ritme. Pada usia 13 bulan,
sebagian besar anak-anak memahami kata-kata yang diperuntukkan bagi sesuatu
atau peristiwa tertentu, dan mereka dengan cepat mempelajari makna kata baru.
Diantara usia 16 dan 24 bulan, akan terjadi naming eksplosion. Dalam beberapa
minggu, balita akan berkembang dari hanya menucapkan 50 kata menjadi 400 kata.
Pesatnya penguasaan kosakata yang diucapkan ini mencerminkan peningkatan
kecepatan akurasi pengenalan bahasa sepanjang tahun kedua.
Kalimat
Pertama. Biasanya anak-anak melakukan hal ini antara 18 dan
24 bulan, sekitar 8-12 bulan setelah mereka mengucapkan
kata pertamanya. Kalimat pertama si anak biasanya berkenaan dengan peristiwa,
benda, orang, dan aktivitas sehari-hari. Akan tetapi, cakupan umur amat
bervariasi. Pertama-tama, anak biasanya menggunakan bahasa telegrafik, yang
hanya terdiri dari beberapa kata essensial. Diantara 20-30 bulan, anak akan
menunjukkan kompetensi dalam sintak (syntax), yaitu aturan untuk menyusun
kalimat dalam bahasa mereka. Pada usia 3 tahun, bicaranya udah lancar, semakin
panjang dan semakin kompleks. Walaupun ada bagian dari percakapan yang
dihilangkan, mereka dapat mengkomunikasikan maknanya dengan benar.
KARAKTERISTIK BAHASA AWAL
Proses manusia dalam berbahasa sudah
dimulai sejak masih menjadi seorang bayi. Lalu bahasa tersebut berkembang
melalui tahap-tahap tertentu dalam kehidupan manusia. Bahasa awal yang dimiliki
seorang anak sebenarnya memiliki karakteristik pada setiap kata-kata yang
diucapkannya. Karakteristik bahasa awal anak tiga tahun pertama ada 3,yakni:
1.
Sederhana
Umumnya
anak-anak tiga tahun pertama megucapkan kata-kata yang sifatnya sederhana,
mudah dimengerti dan dipahami oleh anak tersebut. Kata-kata yang diucapkannya
merupakan refleksi dari gambaran-gambaran karakteristik lingkungan hidupnya.
Misalnya: ketika anak mengatakan kata ‘main’, artinya dia ingin bermain.
‘makan’, artinya dia lapar. Kesederhanaan kalimat yang diucapkan anak
tersebut merupakan pengaruh dari struktur kematangan kognitif anak tersebut
yang belum kompleks dan sempurna.
2.
Memahami hubungan gramatika (Tata
bahasa)
Anak tiga tahun
pertama sebenarnya sudah memahami susunan tata bahasa, namun mereka masih sulit
untuk mengungkapkan katat-kata menggunakan susunan tata bahasa yang benar.
Misalnya: kata yang diucapkannya adalah ‘mama ambil’ bukan ‘mama mengambil
mainan’. Namun, meskipun kata-kata tersebut belum sempurna, orang-orang yang di
dekatnaya biasanya sudah dapat mengerti dan memahami maksud anak tersebut,
misalnya orangtuanya.
3.
Menyempitkan dan meluaskan makna
kata
Anak-anak
biasanya meyempitkan makna kata melalui apa yang ia dapatkan dari lingkungan
sekitarnya. Misalnya: ketika seorang anak dibelikan sebuah mobil-mobilan oleh
ayahnya dan memperkenalkan anak itu bahwa itu adalah sebuah mobil. Jadi, dia
akan menyimpulkan sendiri bahwa hanya benda tersebutlah yang disebut sebuah
mobil. Namun, butuh beberapa waktu untuknya mengerti bahwa ada juga benda
seperti itu yang juga disebut sebagai mobil.
Selain
menyempitkan makna kata, anak juga meluaskan makna kata. Ketika seorang anak
diperkenalkan dengan pamannya. Kebetulan, pamannya tersebut botak. Jadi dia
menggeneralisasi bahwa semua yang botak itu adalah pamannya. Disini, anak
tersebut juga butuh beberapa waktu untuk mengerti bahwa tidak semua yang
berambut botak itu adalah pamannya, seiring dengan semakin banyaknya ia
mengenal kosakata baru.
TEORI KLASIK PENGUASAAN BAHASA : PERDEBATAN NATURE AND NURTURE
Skinner
mengatakan bahwa pembelajaran bahasa seperti pembelajaran lainnya merupakan
hasil dari pengalaman. Merujuk kepada teori pembelajaran klasik, anak belajar
bahasa melalui pengkondisian operan. Awalnya anak tesebut mengeluarkan
suara-suara yang acak.pengasuh mempertegas suara yang muncul mirip bicara orang
dewasa dengan senyum, perhatian dan pujian. Kemudian, anak tersebut mengulang
kata-kata yang dipertegas tadi. Suara-suara yang bukan dari bahasa natif tidak
dipertegas. Sedangkan suara yang tidak diberi penguatan akan berangsur hilang.
Pandangan
Chomsky sendiri disebut nativisme. Tidak seperti teori pembelajaran Skinner,
nativisme menekankan pada peran aktif pembelajaran. Karena bahasa bersifat
universal bagi manusia, Chomsky berpendapat bahwa otak manusia memiliki
kapasitas bawaan untuk memperoleh bahasa. Bayi belajar berbicara sealamiah
mereka mereka belajar berjalan. Chomsky juga berpendapat bahwa alat pemeroleh
bahasa (LAD) yaitu mekanisme bawaan memprogram otak bayi untuk menganalisis
bahasa yang mereka dengar dan untuk menemukan aturan-aturannya. Baru-baru ini Chomsky
mengidentifikasi satu set sederhana prinsip universal yang mendasari semua
bahasa dan satu mekanisme multi tujuan untuk menghubungkan suara ke makna.
PENGARUH PADA PERKEMBANGAN BAHASA AWAL
1. Faktor neurologis
Tangisan bayi yang baru lahir
dikendaikan oleh batang otak dan pons, bagian otak yang paling primitive dan
paling dahulu berkembang. Celoteh yang berulang-ulang mungkin muncul dengan
maturasui dari bagian korteks motorik yang mengendalikan gerakan wajah
dan tenggorokan. Pada tahun kedua, ketika anak mulai berbicara, jalur saraf
yang menghubungkan auditori dan aktivitas motorik menjadi matang.
Penelitian terhadap anak-anak yang
mengalami kerusakan otak menunjukkan bahwa periode sensitive yang terjasi
sebelum lateralisasi bahasa bersifat menetap. Sifat plastisitas otak bayi
sepertinya memungkinkan berbagai fungsi ditransfer dari area yang rusak ke
wilayah lain. Dengan demikian, orang dewasa yang hemisferkirinya diangkat atau
terluka akan mengalami kerusakan bahasa yang parah.temuan-temuan yang ada
menunjukkan bahwa penugasan fungsi bahasa pada struktur bahasa mungkin
merupakan proses bertahap yang terkait dengan pengalaman verbal dan
perkembangan kognitif.
2. Interaksi
sosial:Peran orangtua dan pengasuh
Periode pralinguistik : pada tahap berceloteh, orang
dewasa membantu anak bergerak maju kearah berbicara dalam arti yang sebenarnya
dengan mengulang suara yang keluar dari mulut si anak. Peniruan suara yang
dibuat oleh orang tua terhadap suara anak sangat mempengaruhi kecepatan
pembelajaran bahasa.
Perkembangan kosakata : si anak belajar dengan
mendengarkan hal yang diucapkan orang dewasa. Ketika bayi mulai berbicara,
orang tua atau pengasuh sering membantu mereka dengan mengulang kata pertama
mereka dan melafalkannya secara benar. Pencampuran code yaitu : penggunaan
elemen dari dua bahasa, kadang dalam ucapan yang sama, oleh anak yang masih
muda dalam keluarga di mana kedua bahasa digunakan. Pertukaran code yaitu :
mengubah bicara seseorang menjadi cocok dengan situasi, seperti pada seorang
yang bilingual.
3. Child-directed
speech
Yaitu bentuk
bicara yang sering digunakan pada bayi dan anak, termasuk bicara perlahan dan
disederhanakan, dengan nada bicara yang tinggi, suara vokal yang
dilebih-lebihkan, dan banyak repitisi, juga disebut parentese.
Mempersiapkan literasi: Keuntungan
membaca lantang
Literasi merupakan kemampuan membaca
dan menulis. Orang dewasa memiliki 3 gaya membaca pada anak yaitu : gaya
penggambar (describer style), gaya pemaham (comprehender style), dan gaya orientasi
pertunjukan (performance oriented). Melalui cara membaca cerita oleh orang
dewasa kepada si anak dengan gaya membaca diatas dapat memberikan kesempatan
alamiah untuk memberikan informasi dan meningkatkan kosakata sang anak. Hal ini
juga penting untuk mendukung ikatan emosional dan meningkatkan perkembangan
kognitif anak tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar