OPERANT
CONDITIONING
Operant
conditioning adalah pembelajaran di
mana konsekuensi dari perilaku menyebabkan perubahan dalam probabilitas
kejadian. Operant conditioning pertama kali di deskripsikan oleh seorang
psychologist dari Amerika, Edward Thondike (1911). 3 cara dimana konsekuensi
keinginan dan ketidak inginan dari kelakuan berpengaruh pada kelakuan di masa
yang akan datang :
1. Positive Reinforcement
2. Negative Reinforcement
3. Punishment
POSITIVE REINFORCEMENT
Positive
Reinforcement muncul pada saat konsekuensi dari kelakuan menuju pada
peningkatan dalam kemungkinan bahwa kita terlibat di kelakuan kedepannya. Di
positive reinforcement, konsekuensi oleh kelakuan adalah positive. Sehingga
kelakuannya terlibat lebih sering. Kelakuan yang lebih sering dikatakan sebagai
operant response, dan konsekuensi yang positive terhadap respon dikatakan
sebagai positive reinforce.
Ada 2
masalah penting di pemakaian positive reinforcement yang perlu di ketahui :
1. Timing
Positive reinforcer harus diberikan
waktu yang singkat dalam mengikuti respon, jika tidak pembelajaran tersebut
akan menjadi lambat. Phenomenom tersebut adalah delay of reinforcement.
2. Consistency in the delivery of
reinforcement
Positive
reinforcement harus di berikan secara konsisten setelah respon.
Primary and
Secondary Reinforcement
2 jenis
reinforcement harus dibedakan: primary dan secondary reinforcement. Primary
reinforcement tidak diperoleh dari pembelajaran. Makanan, air, kehangatan,
novel stimulation, aktivitas fisik dan sexual gratification adalah contoh dari
positive reinforcement. Secondary reinforcement sangat berperan penting dalam
operant conditioning yang di pelajari melalui classical conditioning. Pujian
adalah salah satu contoh dari secondary reinforce.
Schedules
of Positive Reinforcement
Kita selalu
membicarakan positive reinforcement seakan-akan setiap respon selalu diikuti
oleh reinforce, situasi ini disebut dengan continuous reinforcement. Sebagai
tambahan di dalam continuous reinforcement, psychologist mendeskripsikan 4
jenis schedules of reinforcement dan menunjukkan efek dari setiap behavior
(Ferster & Skinner, 1957):
1. Fixed ratio
Di dalam fixed ration schedule of
reinforcement, reinforcer hanya diberikan setelah beberapa specified number of
responses.
2. Variable ratio
Di dalam variable ration schedule of
reinforcement, reinforcer di dapatkan hanya setelah variable number of
responses telah di buat. Schedules ini menghasilkan tingkat respon yang tinggi
dan pembelajaran ini lebih permanent.
3. Fixed interval
Di dalam fixed interval, schedule of
reinforcement tidak berdasarkan oleh jumlah respon tetapi pada berlalunya
waktu. Fixed interval schedule digunakan ketika respon pertama yang muncul
setelah periode waktu yang telah ditentukan itu kuat. Ini menghasilkan pattern
of behavior dimana sangat sedikit respon sampai fixed interval of time mulai
ada dan rate of responding meningkat secara drastis.
4. Variable interval
Di
dalam variable interval, schedule of reinforcement dimana respon pertama ada
setelah jumlah variable of time ini kuat. Variable interval schedule
menghasilkan steady response yang tinggi, akan tetapi ini bukan jenis schedule
yang bagus untuk pembelajaran awal, schedule ini menghasilkan stable
performance yang tinggi ketika respon sudah dipelajari sebagian melalui
continuous reinforcement.
Schedules
of positive reinforcement yang berbeda menghasilkan pola prilaku yang berbeda
dan khas. Sangat penting untuk orang yang bertanggung jawab dalam behavior
orang lain seperti guru, orang tua, atau supervisors.
Shaping
Banyak
dalam situasi, respons yang kita mau untuk memperkuat tidak pernah muncul.
REINFORCEMENT NEGATIVE
Reinforcement
negative (penguatan negatif) adalah peningkatan suatu frekuensi terhadap suatu
perilaku yang positif karena hilangnya sebuah rangsangan yang merugikan (tidak
menyenangkan). Sebagai
contoh, seorang ibu yang memarahi anaknya setiap pagi karena tidak
membersihkan tempat tidur, tetapi suatu pagi si anak tersebut membersihkan
tempat tidurnya tanpa di suruh dan si ibu tidak memarahinya, pada akhirnya si
anak akan semakin rajin membersihkan tempat tidurnya diringi dengan
berkurangnya frekuensi sikap kemarahan dari ibunya. Penguatan negatif mengajarkan individu
bahwa melakukan sebuah tindakan akan menghilangkan kondisi negatif yang ada di
lingkungannya. Penguatan negatif terjadi ketika perilaku menghapus atau
menghindari sesuatu yang negatif, dan perilaku tersebut mempunyai kemungkinan
untuk meningkatkan hasil pada masa selanjutnya.
Ada 2 tipe dari penguatan negatif:
1.
Escape Conditioning
Yaitu pengkondisian yang terjadi
dikarenakan individu keluar dari sesuatu yang negatif.
2.
Avoidance Conditioning
Yaitu suatu kondisi yang dilakukan
dengan cara menghindar dari sesuatu yang negatif. Kondisi ini dapat terjadi
karena perilaku individu untuk mencegah terjadinya sesuatu yang negatif.
PUNISHMENT
Kadang-kadang konsekuensi dari
perilaku negatif, dan sebagai hasilnya, frekuensi perilaku yang menurun. dengan kata lain,
perilaku tersebut telah dihukum. misalnya jika Anda membeli satu set baru panci
dan wajan dengan pegangan logam
dan mengambil panci panas tanpa pemegang panci,
konsekuensi negatif pasti akan terjadi.
Punishment adalah merupakan konsekuensi
negatif yang mengarah pada pengurangan frekuensi perilaku
yang menghasilkannya.
ada
lima Danger of punishment
v penggunaan hukuman sering digunakan untuk menghukum.
misalnya, jika orangtua memukul anak yang telah merengek dan memukul anak tersebut sampai berhenti merengek . sehingga meningkatkan tidak hanya jumlah sakit fisik pada anak tetapi juga bahaya penyalahgunaan terhadap anak-anak.
misalnya, jika orangtua memukul anak yang telah merengek dan memukul anak tersebut sampai berhenti merengek . sehingga meningkatkan tidak hanya jumlah sakit fisik pada anak tetapi juga bahaya penyalahgunaan terhadap anak-anak.
v hukuman sering menghambat efek umum pada individu, berulang kali memukul anak untuk berbicara
kembali kepada Anda dapat menyebabkan
anak tersebut untuk berhenti berbicara kepada kamu secara
bersamaan.
v biasanya bereaksi terhadap
hukuman fisik dengan belajar untuk tidak menyukai orang yang menyakiti, dan kadang-kadang dengan cara mereaksikan hal agresif terhadap orang itu.
v apa hukuman yang kita pikirkan itu tidak selalu
efektif dengan hukuman yang kita berikan pada sebuah
perilaku , khususnya, sebagian besar guru dan orang tua
(dan banyak supervisor, teman sekamar, dan sebagainya) berpikir bahwa kritik akan
menghukum perilaku di mana
itu ditujukan. ini telah disebut perangkap kritik(criticism trap).
v hukuman efektif dapat menekan perilaku yang tidak
pantas, hukuman itu digunakan untuk mengalahkan diri sendiri,. mungkin menekan
satu perilaku yang tidak pantas dan hanya untuk digantikan oleh satu sama lain.
Dalam beberapa situasi hukuman ada metode yang
diperlukan untuk mengubah perilaku.
misalnya, dalam mengajarkan
anak muda untuk tidak lari keluar ke jalan
yang ramai, hukuman satu-satunya mungkin metode yang masuk akal. dalam hal ini, namun setiap upaya harus dilakukan untuk
meminimalkan efek samping negatif dari hukuman dengan mengikuti beberapa panduan untuk penggunaannya;
Ø tidak menggunakan hukuman fisik .. merampas waktu
TV dari 10 tahun
memberikan berusia 4 tahun waktu di kursi di sudut selama 3 menit
lebih efektif daripada memukul, dan tentunya lebih manusiawi,karena
hukuman fisik biasanya menjadi bumerang dan menyebabkan anak-anak untuk berperilaku lebih buruk daripada lebih
baik
Ø menghukum perilaku yang tidak segera. segera
menggunakan suara tegas untuk memberitahu anak untuk perilaku yang buruk untuk
melepaskan tangan Anda saat berjalan di trotoar mungkin menghukum perilaku itu,
tapi menunggu 5 menit untuk melakukannya akan jauh kurang efektif
Ø pastikan bahwa Anda secara positif memperkuat perilaku
yang tepat untuk menggantikan perilaku yang tidak pantas Anda mencoba untuk
menghilangkannya.hukuman tidak efektif dalam jangka panjang kecuali Anda juga
memperkuat perilaku yang sesuai
Ø secara
jelas kepada individu perilaku apa? Anda menghukum dan
menghapus semua ancaman hukuman secepat perilaku yang
berhenti.sesuai dengan perilaku tersebut.
Ø tidak mencampur hukuman dengan imbalan bagi perilaku
yang sama. misalnya, tidak menghukum
anak untuk pertempuran dan kemudian meminta
maaf memeluk dan mencium anak
yang baru saja dihukum.
Ø sekali Anda telah mulai menghukum, jangan mundur. dengan kata lain, tidak
memperkuat mengemis, memohon, atau perilaku lain
yang tidak pantas dengan membiarkan
individu dari hukuman. kedua nya membatalkan hukuman dan memperkuat
mengemis dan memohon
serta menguatkan pikiran negative.
CONTRASTING CLASSICAL AND OPERANT CONDITIONING
Classical
Conditioning
Teori
ini dikenal juga sebagai teori belajar “learning by association’, bila suatu
stimulus yang mengakibatkan munculnya respon emosional diulang berkali kali
bersamaan dengan stimulus yang lain yang tidak memberikan respon emosional,
maka pada akhirnya stimulus yang kedua juga akan memberikan respon emosional
yang sama dengan stimulus pertama.
Lebih
jelasnya, kalau kita mendengarkan suara keras tiba tiba (unconditional
stimulus, US) maka kita kaget (unconditional response, UR). Bila sesaat
sebelum bunyi keras dilakukan tepuk tangan (conditional stimulus,CS) yang juga
keras dan bunyinya bersamaan dengan bunyi suara keras. Dan Bila dilakukan
gerakan tepuk tangan maka kita juga akan kaget karena mengira akan terjadi
bunyi keras karena terbentuk asosiasi US -> CS.
Misalnya
saat anjing mendengarkan bunyi bell melalui alat indera telinga maka alat
indera pengecapan bereaksi mengeluarkan saliva (ludah), karena anjing ini
berpikir dia akan mendapatkan makanan. Darimana anjing ini mengetahuinya adalah
dari belajar berulang ulang, awalnya bel dibunyikan anjing diberi daging,
kemudian diulang lagi sampai si anjing paham bahwa bunyi bell berarti ada
makanan.
classical
conditioning itu termasuk refleks yang dikendalikan sum – sum tulang belakang
dan saraf autonom.meliputi respon atas rasa takut,mengeluarkan air liur, dan
lain-lain.
Contoh
lainnya, waktu kecil saya menyukai paman saya, dia selalu membuat saya merasa
bahagia. Paman saya memakai parfum lavender, bila saya mencium bau
lavender saya merasa gembira seketika.pada classical conditioning UCS (
unconditioned stimulus ) dipasangkan dengan CS ( condisioned stimulus ) yang
berdiri sendiri pada perilaku individu.
Pada
teori ini ada efek anchor, yaitu bila satu indera bereaksi maka indera yang
lain ikut juga terpicu, dan pengaitan ini bisa terjadi dari belajar yang
dilakukan secara berulang (repetisi).
Aplikasinya:
Kalau anda ingin membujuk seseorang melakukan sesuatu, lakukan saat orang itu
melakukan sesuatu yang dia suka lalukan. Dan saat dia melakukan hal yang anda
sukai, saat itu sentuh mereka disuatu titik atau membuat suara. Saat anda
menyentuh tersebut atau mengeluarkan bunyi tersebut, maka dia akan berpikir
untuk melakukan kembali hal tersebut (bunyi dan titik menjadi tombol pemicu).
Operant
Conditioning
Operant Condioning adalah perilaku
akan meningkat (dilakukan) bila diikuti oleh adanya penguatan (reinforcement)
yang positive, begitu pula sebaliknya akan berkurang (tidak dilakukan) bila
penguatannya bersifat negatif misalnya hukuman (punishment). Sehingga Operant
Conditioning kita sebut juga ‘‘learning by consequences’, yaitu belajar
dari konsekuensi tindakan.
Jadi , Kalau Classical Conditioning adalah
asosiasi dua stimulus, dan Operant Conditioning adalah asosiasi stimulus
(rangsangan) dan respon.
Keadaan
yang menyenangkan disebut reinforcing stimuli or reinforcers,
dan keadaan yang tidak menyenangkan disebut punishing stimuli or punishers.
Operant
Conditioning juga dikenal dengan istilah Instrumental Conditioning.
Percobaan
ini dilakukan Skinner; dia memakai tikus didalam kotak dan ada tuas bila
tertindis maka akan mengelaurkan makanan. Dari ketidak sengajaan tikus
menyentuh tuas maka keluar makanan, yang akhirnya dipelajari oleh tikus bahwa
menyentuh tuas maka dia mendapat makanan.
Operant
conditioning lebih rumit dan banyak mrngandung perilaku yang diasosiasikan
sistem saraf somatik dalam operant conditioning, penguatan merupakan
konsekuensi dari pengkondisian yang dilakukan .
Contoh
lainnya kalau orangtua mengajar anaknya, dia kan menghukum bila anaknya
melakukan perilaku buruk tetapi bila perilakunya baik maka dia tidak melakukan
apa apa.
STIMULUS DISCRIMINATION AND
GENERALIZATION
Stimulus discrimination
Stimulus
discrimination adalah proses yang terjadi jika 2 stimulus cukup berbeda satu
sama lainnya dimana 1 stimulus membangkitkan suatu respons terkondisi namun
stimulus yang lain tidak (kemampuan untuk membedakan 2 stimulus atau lebih). Disini
kita membedakan respon yang akan kita berikan berdasarkan stimulus yang kita
terima.
seperti contoh ketika dosen datang ke ruang kelas,mahasiswa akan cenderus diam dan tenang.
ketika teman sesama mahasiswa datang, maka mahasiswa akan tetap ribut dan tidak tenang.
seperti contoh ketika dosen datang ke ruang kelas,mahasiswa akan cenderus diam dan tenang.
ketika teman sesama mahasiswa datang, maka mahasiswa akan tetap ribut dan tidak tenang.
Stimulus generalization
Stimulus
generalization adalah proses dimana, setelah suatu stimulus dikondisikan untuk
menghasilkan suatu respons tertentu, stimulus yang mirip dengan stimulus asli
menghasilkan respons yang sama (rangsangan baru mirip dengan rangsangan yang
dikondisikan). Disini respon yang kita berikan tidak memperdulikan stimulus apa
yang di terima.
Seperti
contoh pada masyarakat yang kurang mampu tidak peduli apakah penghasilan mereka
halal atau haram,yang penting mereka bisa makan dan mencukupi kehidupan mereka.
EXTINCTION
Extinction terjadi ketika stimulus terkondisi disajikan beberapa kali tanpa stimulus berkondisi. Sebagai contoh, jika kita membunyikan lonceng dan menyebabkan anjing untuk mengeluarkan air liur, maka kita memiliki stimulus terkondisi. Tetapi jika kita terus membunyikan bel bahwa tanpa memberikan anjing setiap makanan (stimulus berkondisi), maka akhirnya anjing akan tidak menghubungkan lagi bel dari makanan dan sehingga tidak akan lagi mengeluarkan air liur. Oleh karena itu, extinction terjadi karena bel tidak lagi memiliki efek pada anjing. Catatan: Kepunahan berbeda dari lupa, karena extinction melibatkan proses tidak mempelajari/ menghiraukan atau peka terhadap stimulus terkondisi (conditioned stimulus).
Extinction terjadi ketika stimulus terkondisi disajikan beberapa kali tanpa stimulus berkondisi. Sebagai contoh, jika kita membunyikan lonceng dan menyebabkan anjing untuk mengeluarkan air liur, maka kita memiliki stimulus terkondisi. Tetapi jika kita terus membunyikan bel bahwa tanpa memberikan anjing setiap makanan (stimulus berkondisi), maka akhirnya anjing akan tidak menghubungkan lagi bel dari makanan dan sehingga tidak akan lagi mengeluarkan air liur. Oleh karena itu, extinction terjadi karena bel tidak lagi memiliki efek pada anjing. Catatan: Kepunahan berbeda dari lupa, karena extinction melibatkan proses tidak mempelajari/ menghiraukan atau peka terhadap stimulus terkondisi (conditioned stimulus).
SPONTANEOUS RECOVERY and DISINHIBITION
Spontaneus
recovery merupakan salah satu prinsip dasar instrumental learning secara
umum didefinisikan sebagai pemunculan kembali suatu respon yang dipelajari yang
sepertinya sudah menghilang.yang diinterpetasikan akan muncul ketika sebuah
respon kembali dimunculkan karena dihadirkannya stimulus yang mengikuti pemadaman
perilaku (extinction) dan beberapa waktu istirahat, maka kemungkinan besar
spontaneus recovery akan muncul sebagai respon. Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan fenomena
tersebut, salah satunya adalah teori
yang mangajukan response produced-inhibition theory bahwa periode
istirahat yang mengikuti pemadaman membiarkan menghilangnya penghambat reaksi
sehingga kekuatan respon sekali lagi akan kembali dan akan lebih besar dari
nilai-nilai penghambat itu sendiri.
Teori kedua
mengajukan bahwa spontaneus recovery itu menghadirkan kemunculan kembali respon
ketika petunjuk-petunjuk diskriminasi tertentu untuk merespon itu muncul.
Penjelasan lebih umum bahwa petunjuk diasosiasikan dengan awal kemunculan
respon tidak dihilangkan, dengan
demikian ketika mengikuti perode istirahat, response kembali dimunculkan.
Para psikolog
menggunakan istilah “extinction” menggambarkan prosedur yang terlibat, yakni
menghentikan pemberian penguatan terhadap perilaku terkuatkan yang baru saja
dimunculkan, sedangkan untuk term yang kedua extinction digunakan untuk
menspesifikasi hasil dari penggunaan prosedur tersebut _ kembalinya respon
dalam pertanyaan aslinya kekuatan (pengkondisian kembali).
Extinction
dalam kondisioning klasik berbeda dari pengkondisian instrumental Penghentian
perilaku pada stimulus tak terkondisi (UCS) dan pemunculan kemudian stimulus
terkondisi (CS) itu sendiri merupakan prosedur untuk respon yang terkondisi
secara klasikal.
DAFTAR
PUSTAKA
Lahey, Benyamin B.2007.Psychology:an introduction, ninth edition.New
York:Mc.Graw-Hill.
Lahey, Benyamin B.2012.Psychology:an introduction, eleventh edition.New
York:Mc.Graw-Hill.
King, L.A.2010. Psikologi Umum:Sebuah pandangan apresiasif (buku 1 dan 2).Jakarta:Salemba
Humanika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar