TEORI VYGOTSKY
Rizki Situmorang
131301074
Kelompok 4
Lev Semonovich Vygotsky lahir pada 5
November 1896 di Tsarist Rusia. Vygotsky merupakan salah seorang dari pengagum
Piaget. Namun, walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif
terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda,
tetapi vygotsky tidak setuju dengan pandangan piaget bahwa anak menjelajahi
dunianya sendirian dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri. Dalam
teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu
yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Menurutnya anak-anak
lahir dengan fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir, dan
menyelesaikan masalah yang melibatkan pembelajaran dalam hal tersebut.
Ada 3
Klaim dalam inti pandangan Vygotsky:
1. Keahlian
kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara
developmental yaitu memeriksa asal usul dan transformasinya dari bentuk awal ke
bentuk selanjutnya.
2. Kemampuan
kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi
sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentrasnformasi aktivitas mental si
anak. Artinya kita harus memeriksa alat yang memperantarai dan membentuknya. Menurut
Vygotsky, masa kanak-kanak awal (early
childhood) menggunakan bahasa sebagai alat untuk membantunya untuk
beraktivitas dan memecahkan problem.
3. Kemampuan
kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural.
Di dalam ketiga klaim dasar ini Vygotsky
mengajukan gagasan yang unik dan kuat tentang hubungan antara pembelajaran dan
perkembangan.
Zone of
Proximal Development
Zone of Proximal Development (ZPD) adalah istilah
Vygotsky untuk serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara
sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dari orang yang dewasa atau
anak yang lebih mampu. Sebagai contoh, ketika saya masih duduk di bangku
sekolah Dasar, pelajaran yang paling tidak saya senangi adalah matematika
(bahkan sampai sekarang sih) karena meurut saya itu pelajaran yang susah dan
begitu banyak yang tidak saya mengerti dalam pelajaran tersebut. Nah, ketika
ada tugas diberikan guru, saya mengerjakannya bersama dengan teman saya yang
lebih mampu dalam bidang ini. Dengan belajar bersama dia, saya sedikit demi
sedikit menjadi mampu mengerjakan tugas tersebut. Terkadang saya juga meminta
bantuan kepada ayah saya. Dengan bekerja seperti itulah (meminta bantuan) cara
saya dapat mengerjakan soal matematika sendiri. Heheheh….
Scaffolding
Scaffolding merupakan suatu istilah pada proses
yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui Zone of proximal developmentnya.
Scaffolding adalah memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama
tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan
memberikan kesempatan kepada anak tersebut yang mengambil alih tanggung jawab
yang semakin besar setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Begitu juga dengan
saya sewaktu belajar main sepeda. Awalnya ketika saya dibelikan sepeda baru
(ciyeee..) oleh ayah saya, rodanya masih ada empat, dua yang besar dan dua yang
kecil sebagai roda bantu karena saya belum bisa main sepeda roda 2. setelah
itu, ayah saya mencopot dua roda bantu sepeda tersebut. Nah, disini ayah saya
mengajari saya cara mengayuh sepeda yang baik, cara memegang stang sepeda,
menggunakan rem sepeda, dan yang paling penting saya diajarin cara
menyeimbangkan tubuh. Pertama ayah saya masih memegang tempat duduk sepeda
tersebut dari belakang agar saya tidak jatuh, lama kelamaan, ayah saya
melepaskannya sedikit demi sedikit, dan akhirnya melepaskan genggamannya dari
bangku sepeda namun masih mengikuti saya dari belakang. setelah itu ayah saya
membiarkan saya bermain tanpa harus mengikuti saya dari belakang lagi.
Bahasa dan
pemikiran
Vygotsky percaya bahwa anak- anak menggunakan bahasa
bukan hanya untuk komunikasi sosial tetapi juga untuk merencanakan, memonitor
perilaku mereka dengan caranya sendiri. Ketika berpikir dan berbahasa,
anak-anak sering berbicara untuk diri mereka sendiri “pembicaraan batin” (inner
speech) dan dalam melakukannya anak tersebut mungkin jadi tampak berbicara
dalam “egosentris”. Sebagai contoh sewaktu saya masih kecil (bahkan sampai
sekarang) saya sering iri melihat teman saya yang lebih pintar, lebih mampu,
lebih terampil dari diri saya sendiri. Jadi saya sering berkata dalam hati saya
“kok dia bisa sih? Kok saya ngga bisa mengerjakan seperti yang dia buat (kok
saya ngga bisa berprestasi seperti dia?).”
Apa yang menjadi perilaku manusia
adalah proses penyesuaian diri dengan apa yang sesuai atau tepat (appropriate)
dan menjadi harapan masyarakat/lingkungan (Vygotsky).