Sabtu, 22 Maret 2014

PENDEKATAN BEHAVIORAL DAN KOGNITIF SOSIAL


Hello blogger. postingan saya kali ini merupakan resume dari Psikologi Pendidikan yang baru saya pelajari. ngga baru juga sih. soalnya materi ini udah 2 minggu yang lalu, tp baru sempat saya posting hari ini. Jadi anggap aja masih baru, baru 2 minggu. hahahah :D            
 PENDEKATAN BEHAVIORAL DAN KOGNITIF SOSIAL
Pembelajaran (learning) merupakan pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan dan keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman.
Pendekatan untuk pembelajaran
Behaviorisme berpandangan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Proses mental didefenisikan oleh seorang psikolog merupakan pikiran, perasaan, dan motif yang tak dapat diobservasi oleh orang lain. Menurut pandangan behavioris hal tersebut tidak dapat diobservasi secara langsung. Menurutnya pengkondisian klasik dan operan yang menekankan pada pembelajaran asosiatif (assosiative Learning).
Pengkondisian Klasik (Classical Learning)

Pengkondisian klasik merupakan tipe pembelajaran dimana suatu organism belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Untuk memahami pengkondisian ini, Ivan Pavlov (1927) membuat sebuah eksperimen. Dalam eksperimennya tersebut Pavlov menyajikan stimulus netral (bel) sebelum unconditioned stimulus (makanan). Stimulus netral tersebut menjadi conditioned stimulus setelah dipasangkan dengan unconditioned stimulus. Kemudian, conditioned stimulus (bel) itu sendiri bisa membuat anjing berliur.
Generalisasi, Diskriminasi, dan Pelenyapan
Generalisasi merupakan tendensi dari stimulus baru yang sama dengan conditioned stimulus yang asli untuk menghasilkan respons yang sama.
Diskriminasi dalam pengkondisian klasik terjadi ketika organisme merespons stimuli tertentu tetapi tidak merespons stimuli lainnya.
Pelenyapan (extinction) dalam pengkondisian klasik merupakan pelemahan conditioned response (CR) karena tidak adanya unconditioned stimulus (US).
Desentisisasi sitematis merupakan sebuah metode yang didasarkan pada pengkondisian klasik yang dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dengan cara membuat individu mengasosiasikan relaksasi dengan visualisasi situasi yang menimbulkan kecemasan.

Pengkondisian Operan (Operan Conditioning)

Pengkondisian Operan juga dinamakan “pengkondisian instrumental” adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.
Tokoh utama dalam operan conditioning adalah B.F Skinner yang membuat percobaan seekor tikus dan dikenal sebagai Skinner Box, yang pandangannya didasarkan pada pandangan E.L Thorndike.
Hukum Efek (Law of Effect) E.L Thorndike
Prinsip bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif  akan diperkuat dan perilaku yang negatif akan diperlemah.
Penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment)
Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang menigkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Reinforcement positive merupakan frekuensi meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Reinforcement negative merupakan frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan).
Hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.

Analisis Perilaku Terapan
Analisis Perilaku terapan merupakan penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia.
5 strategi untuk meningkatkan perilaku yang diharapkan :
1.     Memilih penguat yang efektif
Penguat alamiah seperti pujian dan privalese biasanya lebih dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi seperti permen, mainan dan uang.Prinsip Premack menyatakan bahwa aktivitas berprobabilitas tinggi bisa berfungsi sebagai penguat aktivitas berprobabilitas rendah.
2.    Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu
Untuk mendapatkan penguat yang efektif, guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan sesuatu.
3.    Memilih jadwal penguatan terbaik
Suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respons.
4.    Menggunakan perjanjian
Menempatkan kontingensi penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati.
5.    Menggunakan penguatan negatif secara efektif

Menggunakan Prompt dan shaping
Prompt merupakan stimulus atau syarat tambahan yang diberikan sebelum suatu respon lain meningkatkan kemungkinan respons itu akan terjadi.
Shaping yaitu mengurangi perilaku baru dengan memperkuat perilaku yang mendekati perilaku sasaran.

4 langkah untuk mengurangi perilaku yang tidak diharapkan
1.     Menggunakan penguatan diferensial
Guru memperkuat perilaku yang lebih tepat atau yang tidak sesuai dengan apa yang dilakukan anak.
2.    Menghentikan penguatan (pelenyapan)
Strategi dalam penguatan ini ialah menarik penguatan positif terhadap perilaku tidak tepat atau tidak pantas.
3.    Menghilangkan stimuli yang diinginkan
Time-out yaitu menjauhkan individu dari penguatan positif.
Respons cost yaitu menjauhkan penguatan positif dari individu.
4.    Menyajikan stimuli yang tidak disukai (hukuman)



TEORI KOGNITIF SOSIAL BANDURA

Teori kognitif sosial (social cognitive theory) menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga factor perilaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif mungkin berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan ; faktor sosial mungkin mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orangtuanya. Pendekatan perilaku kognitif ini bertujuan untuk membuat murid memonitor, mengelola, dan mengatur perilaku sendiri ketimbang dikontrol oleh faktor dari luar (eksternal).
Pembelajaran observasional yang juga dinamakan modeling atau imitasi, adalah pembelajaran yang terjadi ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain.

Santrock, John W. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: KENCANA Prenada Media Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar